SooYoung Pov
âhashhhh… sudah jam pulang kerja. Kemana yeoja itu? Ck, lagi-lagi ia pulang duluanâ, desisku kesal. Ah mungkin ia belanja dan tak mau diganggu. Heum… sendirian lagi berarti? Apa aku harus jalan-jalan dulu sebelum pulang? Ketaman atau menyusul ia belanja yah?
âNuna akan kesini besok… kita main bersama lagi ne?â,
Entah kenapa aku tiba-tiba teringat akan namja kecil ditaman kemaren. Apa aku harus kesana? Iya kalo tuh bocah disana. Kalo enggak?
âassshhhh….. kajja Syoung-ah~!â, ujarku sambil berkaca ditembok lift. Tampak beberapa pegawai lain memandangku risih.
âmianhae~â, ujarku sambil membungkuk.
_____________0
âkajja pulang, ini sudah sore. Taman juga udah sepi…â, ajakku frustasi kepada anak semata wayangku. Ia bersikeras terus bermain di-ayunan taman.
âandweee… Noona itu kemarin berjanji akan menemuiku lagi disiniâ, jawabnya sambil menangis.
âkau hanya berhalusinasi arra… eomma sudah letih berkerja seharian. Eomma minta maaf tidak bisa menemanimu bermain. Jadi, jangan protes seperti ini Jung YunSeoâ, bujukku lagi sambil melepas jari-jari tangannya dari tali ayunan.
âhiks-hiks….. aku tidak berbohong eommonimâ, isaknya ambil menunduk. Ia mengeratkan pegangannya dan terus menangis.
âhei… menurutlah padamu eomma-mu ne?â, ucap suara dibelakangku. YunSeo langsung mendangak dan tersenyun riang. Lama aku tak melihatnya tertawa seperti itu.
âNuna yaaa~â, panggilnya dan berlari menabrakku.
âapakah kau merindukanku pangeran tampan?â, tanya suara itu lagi. Aku membalikkan badanku dan menemukan sosok tinggi yang sudah lama tak kulihat
âChoi SooYoung?â, panggilku lirih. Ia mengangkat kepalanya dan memandangku kaget. Nampak raut wajahnya takut dan terluka. Ayolah Choi Sooyoung. Apakah kau membenciku? Mataku terasa panas, airmata ini tak dapat terbendung. Apakah kau kira… hanya kau yang terluka?
âanyeong Jessica-ssiâ, panggilmu. Dan kau memanggilku dengan panggilan formal. Walaupun aku lebih tua darimu, aku tak pernah mendengar kau memanggilku seformal ini kepadaku.
âYoungie…â, panggilku lagi. Kulihat ia terpaksa mengangkat sudut bibirnya membentuk senyuman yang dulu dapat meluluhkanku.
âeomma… apa kau mengenal nuna ini?â, tanya YunSeo heran.
âne, nuna kenalâ, potong Sooyoung cepat. Ia tak membiarkanku menjawabnya.
âsudah hampir malam, peri kecil sebaiknya pulang kerumahâ, bujuk SooYoung mengacak rambut YunSeo. Dulu ia selalu melakukan hal itu bila gemas padaku.
âishhh, Nuna tidak sopan. . . apakah kau tak mengajakku makan dirumahmu atau sebagainya?â, decak YunSeo kesal.
âyakkk Jung YunSeo!!!â, bentakku. Anak ini sungguh tak sopan.
âbaiklah kajja… Jessica-ssi, apa kau mau mampir di apertemenku dan makan malam?â, ajaknya sambil tersenyum getir. Aku mengangguk dan menggenggam tangan YunSeo.
âapakah Yunho oppa tidak mencari kalian?â, tanyanya ditengah perjalanan.
âNuna? Kau mengenal appa-ku?â, seloroh YunSeo.
âNe… dulu Nuna sekampus dengannya dan eomma-mu. Wae?â, ujar SooYoung pelan. Tolong jangan ungkit masa lalu kita. Itu menyakitkan.
âaniya… eomma dan appa sudah bercerai semenjak aku lahir Nuna. Jadi, aku tak tahu wajah appa kecuali namanyaâ, bahkan pangeran kecillku berbicara dengan tegar. Apakah aku harus terus terpuruk seperti ini. Aku menatap SooYoung, menanti ekspresi yang akan ia keluarkan. Wajahnya nampak datar sambil tersenyum getir. Kami bertiga berdiri didepan apertemen mewah milik SooYoung. Ia selalu menjadi nyonya muda yang terhormat. Tangannya dengan cepat mengetik kata sandi dan membukakan pintu apertemen untuk kami.
âsilahkan masukkkkâ, ucapnya dan menarik YunSeo masuk. YunSeo nampak kagum dengan interior dalam ruangan.
âhuwahhhh, yak Nuna-ya. Kenapa tidak ada gorden pink dan benda pink lainnya?â, tanya anakku kaget. Dia tidak menyukai benda pink. Selamanya tidak akan suka.
âNuna tidak suka benda pinkâ, benarkan. Aku selalu benar dalam tingkahnya.
âkalian tunggu disini… aku akan memasakkan sesuatu untuk kalianâ, pamitnya. YunSeo menatapku sambil tersenyum sinis.
âeomma kalah dengan Nuna itu. Bahkan ia dapat memasak… tidak seperti eomma yang membakar wajanâ, ejek anakku. Aku tercekat. Seburuk itukah aku?
âeumhhh, Jessica-ssi bisakah kau membantuku mencuci sayur?â, pinta SooYoung dengan kepala menongol di pantry. Aku mengangguk dan berjalan ke arah dapur. Nampak ia sedang memotong bahan penyedap dan beberapa daging. Aku bergegas mengambil baskom berisi sayur dan mencucinya diwestafel.
âsudah selesaiâ, ujarku ditengah-tengah suara pisau yang terus mengisi dapur. Ia mengambil baskom sayur dan mulai mengupasnya dengan cepat.
âkamampuan memasakmu semakin baikâ, pujiku. Ia menatapku sekilas dan kembali menekuni kegiatannya. Aku hanya dapat tersenyum miris dan menunduk. Sepertinya ia benar-benar membenciku.
âYoung…â,
âAhhhh, panggil YunSeo…. sop-nya hampir matangâ, potong SooYoung sambil memasukkan semua bahan dalam panci kecil.
âAh ne…?â, dan aku pergi menjemput YunSeo.
________________0
Yunho dan Jessica telah bercerai? Aku tak tau itu kabar baik atau buruk. Dan kurasa, yeoja didepanku sangat terpukul dengan kejadian itu. Kami makan dalam keheningan walau celotehan YunSeo yang tiba-tiba mengisi suasana diruang makan ini.
âJessica-ssi… sekarang kau bekerja dimana?â, tanyaku takut. Ia menghentikan sendokan soupnya dan menatapku aneh.
âa, aku hanya bertanya… kalau kau tak mau menjawab ya sudahâ, tukasku. Ia menundukkan kepalanya dan menjawab lirih
âsekretaris di Leeâs Corpâ.
âowhhhh, berapa tunjangan yang kau dapat dari Yunho oppa?â, tanyaku lagi. Ia menggeleng pelan. Tidak dapat. Sepertinya begitu.
âaku sudah kenyangâ, sela YunSeo.
âkau mau kudapan?â, tanyaku yang juga telah selesai makan. Ia mengangguk cepat sambil bertepuk tangan. Kukeluarkan 3cup eskrim strawberry kesukaan Jessica.
âwahhh, ini kesukaanku dan eomma. Kenapa nuna bisa tahu?â, tanyanya heran sekaligus senang. Aku mengangkat bahuku dan mehrong ke arah YunSeo. Nampak wajahnya kesal sambil menyendok kasar eskrim kedalam mulutnya. Aku melirik Jessica yang merapikan alat-alat makan.
âbiarkan saja disana. Aku akan merapikannya nantiâ, ujarku. Ia menggeleng dan meneruskannya.
âSica~â, panggilku kencang karena kesal. Aigoo, apa yang kukatakan. Kenapa aku memanggilnya dengan sebutan itu. Aku merebut peralatan makan ditangannya dan menaruhnya di westafel. Ia masih memandangku dengan tatapan kosong. Jangan beri aku tatapanmu itu Sica.
âkau sudah selesai Yun? Kajja, ini sudah malamâ, ajak jessica pd Yunseo. Namja kecil itu menggeleng tak mau dan memeluk lenganku. Sepertinya ia menyukaiku.
âbolehkah aku menginap disini?â, pintanya dengan puppy eyes. Aku menelan ludah berat.
âYunnnnn…â, panggil Jessica lagi.
âheummm, besok hari minggu. Tempat kerjamu liburkan? Kalian menginap sajaâ, selorohku.
âtuh eomma…. nuna ini mengajak kita menginap. Ayolah ayolah, neâ, rengak Yun. Isssshhhh, apa yang kulakukan? Aku seperti membuka memory lama u.u
âakan kucarikan baju ganti utkmu. Pasti tak nyaman memakai baju kerja utk tidurâ, kataku dengan berat. Walaupun aku lebih tinggi darinya, badan kami hanya beda tinggi tidak dalam bentuk. Aku bergegas masuk kedalam kamarku dan mengambilkan kaos dan celan training.
âkamar kalian disana, itu kamar tamu. Kamar mandi ada dua. 1 kamarku, dan satunya diujung sana. Dekat ruang tamuâ, ucapku menjelaskan. Jessica mengangguk dan segera masuk kekamar mandi berganti baju. Sepertinya cobaan hidup membuat tubuhnya makin mengecil. Bahkan kaosku yang paling kecil masih longgar ditubuhnya.
âeomma aku mengantuk…â, rengek yun pada jessica yang baru keluar. Wajah jessica yang dulu selalu merajuk dan tersenyum pun nampak keibuan dihadapan Yun. Ia menggenggam tangan Yun dan masuk kedalam kamar tamu setelah berpamitan padaku. Aku memijat kepalaku yang tak pusing.
________________0
âKumohon percayalah padakuâ, rengek yeoja dengan rambut blonde itu. Yeoja yang sangat tinggi dihadapannya hanya tersenyum kaku tak menanggapi.
âYoungie… malam itu aku mabuk. Aku tak menyadari apapun saat itu, jebal percayalah padakuâ, rengek yeoja itu lagi sambil mengguncang bahu yeoja yang dipanggil Youngie.
âapa yang harus kupercayai Jung SooYeon? Kau mengatakan kalau dirimu mabuk, dan orang yang saat itu berada disebelahmu adalah Yunho Oppa… dan kau, kau melakukan hal itu dengannya hingga…â, yeoja semampai itu tak dapat melanjutkan kata-katanya. Airmata membasahi wajahnya sedari tadi. Wajahnya tak lepas dari mata yeoja dihadapannya. Mereka sama-sama terluka. Youngie. Choi SooYoung, merasa cintanya dikhianati oleh yeoja yang selama 6tahun ini disukainya. Jung SooYeon. Jessica, merasa ia sangat bersalah hingga yeoja yang selama ini ada disisinya tak dapat mempercayainya.
âsepertinya ini akhir yang baik…â, ucap yeoja berambut coklat itu.
âa, apa maksudmu youngie-ah?â, tanya Jessica takut. Ia mengeluarkan suaranya dengan nafas yang tersengal.
âsekarang kau lihat… kau hamil dan sebentar lagi eommonim, ah ani… eomma-mu pasti akan segera menyuruhmu menikah dengan Yunho oppa. Semua orang juga tau kan kalo Eomma-mu menyukai namja itu?â, Jawab SooYoung cepat. Sungguh bukan itu yang ingin ia katakan.
âandweee… jebalyo andwe. Jangan tinggalkan aku. Kajima SooYoung-ah…â, pinta Jessica. Raut wajah kedua yeoja itu tak ingin melepaskan satu dengan lainnya.
âmianhae ssica-chuu…â, tangan dengan jari lentik itu dengan cepat melepas cengkraman dilengan bajunya. Dengan gerakan cepat ia menghilang dibalik rerimbunan pohon taman yang menjadi siksa bisu kisah percintaan terlarang mereka. Teriakan yeoja yang dicintainya seperti melodi kematian dalam tiap langkahnya.
âmianhae mianhae mianhae…â, bisik yeoja itu. Bisikan yang sangat lembut yang bahkan hanya dapat didengar oleh angin senja.
____________0
Pikiran mereka sama-sama kembali pada kisah 7tahun yang lalu. Kisah yang memisahkan mereka dan menyadarkan mereka akan jurang kehidupan yang sebenarnya. Jung SooYeon menatap langit malam dari jendela apertemen milik SooYoung. Sedang yeoja pemilik apertemen itu sendiri menatap kosong layar tv dihadapannya.
âYoungie… apakah kau sudah tidur?â, entah sejak kapan, yeoja itu berdiri dibalik sofa yang menjadi peraduannya sejak tadi.
âbe, belumâ, jawabnya cepat. Jessica segera duduk disisi orang yang pernah mengisi hatinya selama 6tahun. Bukan, bahkan sampai sekarang ia tetap mencintai yeoja disebelahnya ini.
âapakah kau makan dengan baik?â, tanya Sooyoung memecah kesunyian diantara mereka.
âmenurutmu apakah aku akan makan dengan baik setelah melihat kondisiku?â, tanya jessica balik. Mereka tertawa menjelekkan kebodohan mereka masing-masing.
âkau masih sendiri?â, tanya jessica dengan berani. Entah pikiran bodoh apa yang ada dalam otaknya. Sooyoung tersenyum mengejek mendengar pertanyaan gila ex-yeojanya itu.
âkau ingin jawaban sebenarnya atau kebohongan?â, ucapan itu dengan mulus keluar begitu saja tanpa dapat terkontrol. Mereka masih saling menyukai. Itulah tanda yang dapat jelas terbaca.
âapakah kau tak mau menikah?â, dan lagi, pertanyaan terlontar dari mulut jessica. Sooyoung tertawa keras mendengar pertanyaan yang menurutnya sangat menjurus ini.
âaku tak ingin terluka… tak mauâ, jawabnya dengan nada tegas dan beranjak hendak masuk dalam kamarnya.
âcha, chakkaman Youngie ah…â, panggil jessica terbata. Ia lost control memeluk yeoja tinggi itu.
âSica-ahhhh…â, panggil SooYoung dengan nafas tercekat. Ia menggenggam tangan kecil itu mencoba melepasnya.
âsementara… hanya untuk sementara. Biarkan aku memelukmu sebentar saja…â, pinta yeoja mungil itu. Sooyoung melepaskan cengkramannya dan membiarkan ex-yeojanya ini memeluknya erat. Dalam hati mereka berharap, perpisahan mereka tak pernah terjadi. Mereka berharap perpisahan 7tahun yang lalu hanyalah mimpi.
âapakah sudah cukup?â, tanya SooYoung dengan suara dinginnya. Ia melepas pelukan Jessica dengan menghempaskannya dengan kuat. Jessica tertawa kecil menutupi sakitnya.
âkurasa hanya aku yang terlalu berharapâ, desis Jessica frustasi. Ia menatap punggung Sooyoung yang perlahan mengabur karena airmatanya. Derak pintu yang tertutup semakin membuat penopang tubuhnya runtuh. Ia terduduk dan memeluk lututnya, membenamkan kepalanya berharap ia dapat meredamkan suara isak tangisnya.
âpabo… Sooyeon pabo! Apakah kau begitu bodoh hingga berharap ia masih menyukaimuâ, rutukknya kesal. Terdengar gemericik air mengalir dari dalam kamar SooYoung.
âmianhae… nan jeongmal mianhae SooYoung-ahâ, pintanya dan menyeret kakinya dengan berat kedalam kamar tamu miliknya.
TRING Cklekkkk~
Terdengar pintu apertemen yang terbuka. Jessica segera menghapus airmatanya dan kembali kearah pintu yang menjadi kamar sementaranya. Ia melihat seorang yeoja mungil dengan rambut panjang blonde memasuki arah dapur dengan kantung belanja yang berat.
Cklekkk
Pintu kamar Sooyoung juga terbuka dan menampilkan ia dengan piyama putih dan rambutnya yang basah. Ia mengeringkan rambutnya dengan kasar.
âkau sudah datang?â, tanya yeoja berambut blonde itu. SooYoung terkekeh dan memeluknya erat dari belakang.
âbanyak sekali belanjaannya. Kau menghabiskan berapa?â, tanya SooYoung dan melepaskan pelukannya.
âhanya beberapa dari kreditmuâ, jawab yeoja itu sambil terkikik. Ia melempar kaleng cola dan dengan cepat ditangkap oleh Syoung.
âHyonnie, kau mau?â, tanya Syoung sambil membuka pengaitnya. Yeoja itu menggeleng dan merapikan isi kulkas.
âisinya berkurang banyak. Apakah ada tamu?â, tanyanya penasaran.
âeumh ne… teman lamaku dan anaknyaâ, jawabnya. Deg. Jessica menahan sedikit rasa sakitnya saat ia hanya dikatakan sebagai teman lamanya bukan sebagai mantan kekasihnya.
âowh…â, yeoja itu membulatkan bibirnya dan menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda. Ia mencuci tangannya yang sedikit lengket dan menarik kursi disebelah syoung sambil memakan puding kesukaannya.
——————–0
HyohYeon. Yeoja yang membangkitkanku dalam keterpurukan. Ia yang selalu menyemangatiku dan memberikanku semua yang ia punya agar aku dapat bangkit. Saat aku mengatakan bahwa aku menjadi seperti ini karena seorang yeoja, bukannya ia menjauhiku. Ia malah menawarkan dirinya padaku untuk melupakan yeoja yang telah mengisi tiap detik dalam hatiku. Dan hingga sekarang, ia tetap dan akan selalu disisiku walau aku belum bisa menerima kehadirannya seutuhnya.
âaku mau pudingmuâ, rengekku manja. Ia menggembungkan pipinya kesal dan menyuapiku dengan puding dan saosnya. Eumhhhh, ini enak.
âmashita~â, pujiku. Ia mendecak kesal dan melanjutkan makannya. Kulihat isi cup pudingnya telah tandas, dan menyisakan sedikit diujung sendoknya.
âaku mau…â hap. Ia tanpa berdosa memakannya hingga tak bersisa. Aku menganga syok.
âapakah masih ada?â, tanyaku. Ia menggeleng kuat sambil memasang wajah innocentnya. Tanpa sadar aku menjilat sisa saos strawberry diujung bibirnya.
âmanis…â, bisikku. Dengan gugup aku kembali memposisikan tubuhku, meneguk colaku dengan kasar.
âaku akan pulangâ, ujarnya dengan wajah merah. Aku mencengkram lengannya dengan cepat.
âtinggallah sebentar lagi. Apertemen ini juga milikmu…â, pintaku. Wajahnya nampak ragu dan bingung. Aku memasang wajah innocentku berharap ia akan tinggal sebentar ato menginap. Dengan senyuman yang paksa ia mengangguk dan kembali duduk.
âka, kau belum mengantuk?â, tanyanya ragu. Aku menggosok rambutku yang sedikit basah dengan handuk kecil dipundakku.
ârambutku belum keringâ, jawabku dengan nada polos. Ia menarik handuk ditanganku dan membantuku mengeringkan rambut panjangku.
âhandukmu basah, ambilkan aku handuk baruâ, perintahnya kesal dan berjalan kebalkon menjemur handuk. Tak terpikir olehku untuk menuruti perintahnya, aku malah mengikuti langkahnya menuju balkon dan memeluk tubuhnya dari belakang.
âkau darimana saja? Jam kerja kita kan sudah selesai jam 2sore?â, tanyaku dengan jeli. Ia terkikik geli dan mengusap lenganku.
âaku melihatmu dengan yeoja ituâ, sumbarnya. Tubuhku menegang terkejut. Apakah ia marah?
âaku tak marah… bukankah itu bagus?â, ujarnya seakan mengetahui perasaanku. Aku semakin merasa bersalah.
âHyon…â,
âkau akan kembali padanya… dan tugasku telah selesaiâ, ujarnya memotong ucapanku. Aku tak bisa. Aku tak bisa kehilangannya.
âHyonnie dengarkan aku~!â, bentakku dan membalikkan tubuhnya. Cairan bening membasahi pipinya. Ia menangis. Ia takut kehilanganku.
âtugasmu tak akan pernah selesai… kau selamanya akan selalu ada disisiku arraâ, desisku dengan wajah merah padam. Aku marah pada yeoja pabo dihadapanku.
âkau suka melihatku menangis? Kau suka melihatku terluka hah!â, bentakku lagi. Ia menggeleng kuat membuat rambut panjangnya bergerak bebas terkena angin malam. Kuseka airmatanya lembut dan tersenyum getir, ia juga menatapku dan menyeka airmataku yang aku sendiri tak tahu kapan keluarnya. Ia mengecup kedua mataku lembut dan tersenyum dengan mata tanpa cahaya.
âuljima…â, pintanya lirih. Aku mengangguk dan mengecup keningnya lembut. Ia mendangak dan sedikit senyum yang dipaksakan ia mencubit pipi chubbyku. Aku merintih kecil membuat ia terkikik. Ia tahu aku paling tidak suka bila disentuh pada daerah pipiku. Ia mengusap daerah pipiku yang kemerahan dan hendak masuk kedalam apertemen yg kami beli sebagai tabungan. Aku kembali menarik lengannya dan memeluknya, menghirup aroma tubuhnya mencari ketenangan.
âbesok hari minggu, bagaimana kalo kita piknik?â, ajaknya tiba-tiba. Aku mengangguk mengiyakan dengan senang. âapakah kita perlu mengajak âtamumuâ?â, tanyanya dengan penekanan kata âtamuâ. Aku menelan ludahku dengan susah payah. Ia mengetahui semua rahasiaku dari hal terkecil sekalipun.
âterserah kauâ, ujarku pasrah.
âanaknya pasti suka… sebaiknya kita mengajaknyaâ, selorohnya tanpa perasaan bersalah. Aku mendelik.
âayolah Choi SooYoungâ, rengeknya. Aku memasang senyun evilku.
âkalau begitu kabulkan satu permintaanku dan kukabulkan permintaanmuâ, selorohku.
âbaiklah… katakanâ, ucapnya dengan mempoutkan bibirnya imut.
âkalau begitu, layani aku malam iniâ, bisikku seduktif dan menggendongnya ala bridal style.
âYa Choi SooYoung!!!~â, bentaknya kesal. Aku membungkamnya dengan ciuman panas, dan ia hanya dapat pasrah sekarang.
——————————-0
Choi SooYoung sialan. Ia benar-benar menyiksaku semalam. Untuk duduk saja aku harus menahan sakit seperti ini, apalagi kalau berjalan.
âkau sudah bangun?â, tanyanya dari arah sampingku.
âne…â, jawabku dengan suara berat khas orang bangun tidur. Aku menarik selimut dan menutupi daerah dadaku. Ia nampak terkekeh geli melihat tingkahku.
âjangan tertawa. Kau sungguh menyebalkanâ, desisku kesal. Ia tersenyum dan duduk dengan santai. Kenapa harus aku yang menjadi uke yeoja evil ini? Tahu seperti ini, aku akan kabur tadi malam. Ia meletakkan dagunya dibahuku dan menyentuh kissmark yang ia buat disepanjang leher dan area dadaku.
âYoung, jangan memulainya lagi. Apa kau tak puas dengan yang tadi malam eoh?â, bisikku kesal. Ia mengecup tengkukku dan mengirup aroma tubuhku sejenak. Aku hampir saja hanyut dalam perlakuanmu.
âYoung jebal… aku lelahâ, rajukku dengan nafas terengah-engah. Ia mengguman sesuatu yang bahkan tak dapat kudengar. Ia melepaskan ciumannya perlahan dan mengecup pipiku lembut.
âsudah pagi… ayo mandi bersamaâ, ajaknya asal. Aku memasang tampang dingin, aku tau kalau menurutinya ia akan melakukan hal yang ia lakukan hingga subuh ini. Aku tahu, aku hanya pelampiasannya. Tapi aku selalu menginginkan setiap sentuhannya karena itu candu bagiku. Aku membelit selimut asal dan menyiapkan baju yang akan kami pakai. Apertement ini, apertement yang memang kami beli dengan uang tabungan kami. Dan kami pasangan kekasih… ah, bukan. Aku hanya pelampiasannya setelah putus dengan yeoja yang sekarang tengah tidur diseberang ruangan kami. Aku segera masuk kamar mandi setelah syoun g keluar dngan rambut basahnya. Aku tak mau tergoda dan melakukannya dipagi buta setelah beristirahat selama 1jam karena kelakuannya. Dengan baju ganti yang kubawa, aku melakukan semuanya dalam kamar mandi ini. Berhias dan apapun itu namanya.
Cklek
âckckckck, apakah kau takut Ny.Choi?â, ejeknya sambil terkekeh kecil. Dengan langkah terseok-seok aku berjalan cepat keluar kamar dan menemukan yeoja yang kuketahui sebagai mantan orang yang mencumbuku tadi malam. Jung SooYeon atau yang dipanggil Jessica.
âkau mau kemana hari ini? bagaimana kalau ikut acaraku dan SooYoung piknik?â, tawarku. Dan sesuai perkiraanku. Ia menolak walau pada akhirnya mengiyakan setelah Yun mengiyakan. Dan SooYoung keluar, berjalan kearah dapur menyiapkan makanan yang akan kami bawa. Aku tak banyak membantu, aku hanya duduk dikursi meja makan dengan wajah sedikit pucat. Badanku seakan remuk. Andai saja aku dapat membalasnya -_-
âgwenchana?â, tanya yeoja disebelahku khawatir. Aku mengangguk lirih dengan tatapn sendu. Aku berjalan dengan tertatih-tatih kearah sofa tv. Sica memegang lenganku dan mebantuku berjalan.
âgomaptaâ, ujarku tulus saat berhasil duduk disofa depan tv. Aku tak memperhatikan Syoung dg mantannya itu. Itu bukan urusanku, karena pada dasarnya aku tak berarti apa-apa dikehidupannya.
âHyo… kau menaruh alas piknik dimana?â, Suara cempreng yeoja itu hampir membuatku jantungan. Yun yang bermain denganku pun hampir terlonjak dari sofa karena teriakan tiba-tibanya. Aku menutup telinga Yun dan menarik nafas dalam-dalam.
âdigudang rak 2â, teriakku tak kalah keras.
âkajja…â, ajak Syoung membawa semua alat2. aku berjalan pelan disisi Syoung. Mencengkram lengan kaosnya mencari pegangan.
âaku mau didepannnnâ, rengek Yun dan menduduki possisi terdepan disamping Syoung. Syoung membukakan pintu untuk kami (HyoSic). Sepanjang perjalanan Yun tertidur dengan tenang, memang perjalanan ini lumayan panjang.
âeumh, oppa hidupkan radionya…â, pintaku dengan mengguncang kursi yg ditempatinya. Oppa? Kkkkkk~ ia sangat namja dengan tingkah dan dandanannya sekarang.
Alunan musik dan lagu ballad dari GB Girls Generation mengalun lembut didalam deru mobil yang sedang melaju dijalan tol.Kupejamkan mataku menghayati lagu yang menjadi favoritku belakangan ini. Entah kenapa aku sangat menyukainya.
âahhhh aroma laut…â, desisku. Aku memandang yeoja imut disebelahku. Pantas saja seorang Choi SooYoung sangat tergila-gila padanya. Ia sangat cute.
____________________0
Aku pasrah menerima ajakan yeoja yang kuketahui bernama Kim HyohYeon, apalagi YunSeo dengan senangnya menerima ajakannya. Kami berempat sedang menyiapkan bekal untuk piknik diujung pantai negeri ini. Hyohyeon tak banyak membantu, ia hanya duduk dikursi dengan wajah sedikit pucat.
âgwenchana?â, tanyaku khawatir. Ia mengangguk lirih dengan tatapn sendu. Aku semakin khawatir saat ia berjalan dengan tertatih-tatih. Aku menahan lengannya dan membantunya berjalan.
âgomaptaâ, ujarnya saat berhasil duduk disofa depan tv. Aku mengangguk dan kembali kearah dapur membantu SooYoung memasak walau hanya menata makanan diwadahnya. Yun nampak bermain dengan Hyo druang tengah.
âtidurmu nyenyak?â, tanyaku.
âeumh,,, neâ, jawabnya ragu. Ia berjalan memasukkan semua alat makan yang akan menjadi peralatan kami nanti.
âHyo… kau menaruh alas piknik dimana?â, teriaknya keras.
âdigudang rak 2â, balas teriak hyo. Apakah yeoja itu tinggal bersama dengan Syoung? Aku juga melihatnya keluar dari kamar Syoung pagi tadi.
âkajja…â, ajak Syoung membawa semua alat2. Yun menggandeng tanganku dan menarikku dengan semangat. Hyo berjalan pelan disisi Syoung. Mencengkram lengan kaosnya mencari pegangan.
âaku mau didepannnnâ, rengek Yun dan menduduki possisi terdepan disamping Syoung. Syoung membukakan pintu untuk kami (HyoSic). Sepanjang perjalanan Yun tertidur dengan tenang, memang perjalanan ini lumayan panjang. Dan itu alasanku kenapa aku mau ikut, aku dapat melihatnya dalam waktu lama.
âeumh, oppa hidupkan radionya…â, pinta Hyo dengan mengguncang kursi dihadapannya. Tunggu. Oppa? Ia memanggil Syoung dengan sebutan oppa? Apakah aku tak salah dengar?
âBomnal gateun misoe
On sesangihwahnhaejyeoyo
Nal tashi tto kkumkkuge haeyo
Haessari ban-chagineun nal
Keudae sone kkakji kgigo
Bal-keo-reumeul majchwo keo-reoyo
Kakkeum nae-ga apseo keodda-ga
Mundeuk dwiireul do-rabomyeon
Nareul boneun geu eol-ku-re
Na nuni bushijyo
Bomi oneun sori teu-llimyeon
Ggoti pin gil ttara keo-reoyo
Bi naerineun yeoreumi omyeon
Muji-gae-man bomyeo keo-reoyo
Ka-eul china kyeou-ri wahdo
Sone jeonhaejineun ongiro
ttaseuhameuro
Hamkke keo-reo-gayo
How great is your love
Haneu-reul talmeun sarangi
Nae-gedo ju-eojigil
Nan eonjena gidaryeowaht-jyo
Byeolbichi ban-chagineun nal norae-haneun jeo
Saedeulye mellodie majchwo keo-reoyo
Dol-ko doneun ne kyejeolye
Banbokdwehneun bimilcheoreom
Byeonhameom-neun geu sarange na nuni bushijyo
Bomi oneun sori teu-llimyeon
Ggoti pin gil ttara keo-reoyo
Bi naerineun yeoreumi omyeon
Muji-gae-man bomyeo keo-reoyo
Ka-eul china kyeou-ri wahdo
Sone jeonhaejineun ongiro ttaseuhameuro
Hamkke keo-reo-gayo
How great is your love
Sesange jichyeoit-deon nae-ge
Balgeun bichi dweheojun geudae
Hamkke keonneun jobeun gil kkeu-te
Tashi tto kyeou-ri ondaedo
Keudae nae son jabajundamyeon nae-ge
I geochin sesangdo bomnal gateunkeol
How great is your love
How great is your loveâ
Alunan musik dan lagu ballad dari GB Girls Generation mengalun lembut didalam deru mobil yang sedang melaju dijalan tol. Hyo memejamkan matanya menghayati lagu yang memang sangat menyentuh ini. Aku memperhatikan jalan dan membuka kaca mobil perlahan.
âahhhh aroma laut…â, desis Hyo. Aku menoleh dan tersenyum mengiyakan.
âpasti menyenangkan bermain di airâ, selorohku.
âahhhh aku tak bisa….â, ujarnya dengan wajah murung. Aku mengerutkan keningku.
âapakah kau sedang datang bulan?â, tanyaku dengan nada aneh. Ia terkikik dan menggeleng.
âaniya….. hanya saja aku sedang malas dan susah berjalan. Bisa jadi masalah kalo ada ombak da aku tidak segera ketepiâ, ucapnya dengan wajah merah. Aku memiringkan kepalaku tidak mengerti. Sooyoung nampak serius mengemudi dan tidak menghiraukan kami yang berbicara. Rambut panjangnya ia masukkan dalam topi. Mata bulatnya ia tutupi dengan kacamata hitam lebar. Bila seperti itu, ia tak akan terlihat sebagai seorang yeoja. Apalagi tubuh jangkungnya bahkan mengalahkan tinggi namja kebanyakan. Jalur tol sudah lama kami lalui, aku dan Hyo seperti teman lama yang baru saling ketemu setelah reuni beberapa tahun pasca zaman sma.
âkita sampai…â, potong Sooyoung disela obrolan kami. Aku menatap luar tak percaya. Nampak beberapa keluarga dan pasangan dibibir pantai sedang menikmati hari libur mereka. Aku segera keluar dan menghirup udara sebanyak-banyaknya. Aku hendak memanggil Hyo dan mengajaknya berlari ketika kulihat Syoung mengecup bibir yeoja itu dan tersenyum aneh. Hyo memukul bahu syoung dengan keras dan aku bergegas membuang muka agar mereka tak tahu kalau aku telah melihat sesuatu yang tak ingin mereka perlihatkan. Syoung membuka bagasi dan bergegas menatanya sendirian. Tidak membiarkan dari kami membantunya menyelesaikan pekerjaan itu. Ia melambai tanda pekerjaannya telah selesai. Yunseo entah sejak kapan telah bangun dan berlari memeluk Syoung. Hyo menutup pintu dan mengajakku yang masih terdiam.
âgwenchana?â, tanyanya. Aku mengangguk mengiyakan dan menyusul langkah kecilnya. Syoung tertawa bersama Yun, aku tak mengetahui apa yang mereka tertawakan. Aku duduk disebelah Hyo dan membuka bekal yang telah kami persiapkan. Hyo dengan cekatan mengupas dan memotong mangga yang nampak segar dihadapanku.
âkau mau?â, tawarnya padaku. Aku mengangguk dan mengambil sepotong. Segar. Buah ini sangat segar. Energiku seakan kembali setelah memakannya.
âHyong aku mau…â, rengek Syoung dan meletakkan Yun dpangkuannya. Aku melihat tingkah kekanakan Syoung dan tanpa sadar tersenyum. Tanpa diperintah dua kali, hyo memotong dan menyuapkan perlahan kemulut kecil Syoung. Yun merengek meminta juga, dan Hyo pun menurutinya. Aku iri pada yeoja ini. Seharusnya aku yang melakukannya, menyuapi mereka dengan mesra. Kenapa yeoja ini bukan aku? Yun menarik tanganku meminta bermain diair karena Syoung menolak. Aku akhirnya mengiyakan dan mengikuti permainan yun berlari kesana-kemari. Sesekali aku melirik Syoung dan Hyo yang terkesan menutupi kemesraan mereka. Mereka seperti teman bukan kekasih.
_________________0
Sepertinya Hyo masih marah dan takut karena kelakuanku tadi malam. Aku terkekeh melihat wajahnya yang cemberut saat aku menanyakan apakah ia baik-baik saja.
âudara sangat panas, kenapa kau masih memakai syal?â, tanyaku menggoda. Ia melirik tajam dan membuka syalnya, menampakkan bercak merah keunguan disekitar lehernya. Aku membuka 3kancing kemejaku dan memperlihatkan bercak merah disekitar dadaku karena perbuatannya. Nampak wajahnya memerah karena malu. Rambut blondenya nampak pas diwarna kulit putihnya.
âkenapa kau bisa semakin cantik?â, pujiku sambil bertopang dagu. Pipinya semakin merah. Aku menarik lengannya dan mengajaknya berkeliling. Awalnya ia mengeluh karena ia masih âsakitâ. Aku hampir mati tertawa saat ia mengatakannya dengan nada polos yang ia punya. Aku menggenggam tangannya dan berjalan berlainan arah dari Yun dan Jessica. Aku ingin menghabiskan banyak waktu dengan yeojaku. Kami telah berjalan cukup jauh dan diujung pantai yang lain.
âmau bermain air?â, ajakku. Ia menggeleng kasar dan menghempaskan tanganku kesal. Aku menariknya agar duduk diatas pasir sepertiku. Kurebahkan kepalaku dipahanya dan menutup mata perlahan. Aku sedikit lelah karena kegiatan menyetir panjang tadi. Ia melepas kacamata yang kupakai dan menggerai rambut panjangku da membelainya lembut.
âapakah kau mencintaiku?â, tanyaku. Ia memandangku yang berbaring, senyuman sangat tulus dan lembut dari yeoja yang selalu menemani hari-hariku belakangan ini.
âapakah aku harus menjawabnya?â, tanyanya balik. Aku mengangguk mengisayaratkan ia menjawab pertanyaanku.
âaku sangat mencintaimu… nan jeongmal saranghaeâ, ucapnya tegas. Tak ada kata kebohongan dan keraguan yang terucap dari bibirnya.
âgomawo Hyonnieâ, ujarku tulus. Ia mengangguk dan mengusap pipiku. Ia menunduk dan menyelipkan rambut panjangnya disela telinganya, aku menarik tengkuknya menerima kecupan manisnya. Ia nampak menahan tawa karena wajah kecewaku.
âwae… kau mau lebih?â, godanya. Aku mempoutkan bibirku kesal dan beringsut menjauh dari tubuhnya.
âYa Choi SooYoung~!â, teriaknya dan mengejarku. Wajahnya nampak menahan perih. Ahhh, kenapa aku selalu kalah? Ku berhentikan langkahku dan menyusulnya dengan mundur beberapa langkah. Ia tersenyum dengan wajah memelas. aku menunggunya dengan berkacak pinggang karena jalannya menjadi lelet. Ia berdiri dihadapanku dan mencengkram lenganku mencari pegangan, nafasnya sedikit tersengal. Ia menatapku dengan garang.
âpuas kau menyiksaku eoh?â, bentaknya kesal. Aku mengangkat bahuku tanda tak tahu menahu. Ia mendecak kesal dan berjinjit dengan memegang bahuku erat.
âjangan pernah memasang wajah masammu didepankuâ, pintanya dengan wajah yang mendadak sedih. Aku tertegun, ia selalu memintaku tersenyum. Ia akan merasakan apa yang kurasa.
âakan kuturutu semua permintaanmu, tapi jangan pernah kau marah kepadakuâ, pintanya lagi. Ia memeluk tengkukku dan mengecup bibirku.
âHyo…â, panggilku. Ia tak mengindahkan panggilanku dan melumat kecil bibirku. Aku sedikit membungkuk mengetahui ia kesusahan menjijit diatas pasir. Kupeluk pinggangnya yang terlampau mungil utk yeoja dengan perawakannya. ia menyudahi ciuman kami dengan mengecup daguku. Aku tersenyum dan terkikik geli, yeoja ini mudah ditebak.
âa, apa yang lucu?â, ujarnya dengan wajah gugup. Aku menunjuk wajahnya sambil menahan tawa. Ia menghentakkan kakinya kesal dan berjalan menjauh. Kini aku yang mengejar dan menangkap tubuhnya. Menggendongnya ala bridal style ketempat kami piknik. Kulihat wajah lelah Yun yang berbaring dipangkuan Jessica. Hyo memeluk leherku, ia juga tertidur dengan nyaman. Nampak beberapa orang menatapku heran. Seorang yeoja menggendong yeoja. Seharusnya namja bukan? Aku membaringkan HyohYeon da mencoba membangunkannya dengan menepuk pipinya lembut. Ia mengerjap malas dan duduk sambil bersandar dibahuku.
âNuna sangat kuatâ, puji Yun. Aku terkekeh mendengarnya. Benarkah? âapakah eomma-ku bisa digendong seperti itu? Ia kan lebih kecilâ, sambungnya. Hyo memeluk lenganku tiba-tiba. Sepertinya ia cemburu?
âtidak bolehâ, jawab Hyo ketus. Jessica tertawa melihat kearah Hyo, membuat yeojaku ini tersenyum lirih.
âNuna pelitâ, ejek Yun karena kesal. Aku mengacak rambutnya gemas. Hyo membuka bekal dan memakan kimbab dengan lahap. Sejak kapan ia jadi shikshin sepertiku? Eumhhhh…. aneh
_______________________0
Malam sudah semakin larut. Kami baru saja mengantarkan Jessica dan Yun pulang. Aku terlampau lelah dan memilih untuk tidur dalam perjalanan pulang. Sooyoung juga tak keberatan dengan kelakuanku. Ringan. Aku merasakan tubuhku ringan melebihi burung. Sepertinya Syoung lagi-lagi menggendongku. Ah biarlah, ia juga tak pernah mengeluh kkkkkkk. Ia menghempaskan tubuhku dengan pelan agar aku tak terbangun. Aku sudah terlampau lelah untuk mebuka mataku.
âjaljayo chagi…â, bisiknya menyingkirkan poniku dan mengecup dahiku pelan. Ia memeluk punggungku lembut dan menyembunyikan kepalanya dicelah leherku.
âSyounnnggggâ, ucapku akhirnya karena ia terus saja menggesekkan hidungnya dengan kulit bahuku yang terekspos. Bukannya menjawab ia malah mengecupnya pelan dan beringsut naik keatas tubuhku.
âjebal… aku lelahâ, tolakku dan mendorong bahunya pelan. Ia menangkap lenganku dan mendekatkan wajahnya. Mencium bibirku lembut walau ia sedang menahan libidonya. Aku membuka mataku dan menatap wajahnya yang sebenarnya sama lelahnya atau mungkin lebih lelah daripada diriku. Mungkin ini hari terberat karena bertemu dengan mantan yeojanya yang telah mencampakkannya seperti itu. Dengan cekatan ku usap punggungnya dan membuka pengait bra yang menyembunyikan bukit kembarnya yang menggairahkan. Ia menghentikan aksi menciumnya dan menatapku heran. Aku tersenyum dan mengecup bibirnya meminta ia terus memanjakanku dengan ciumannya. Dengan ragu ia kembali menciumku dan mulai menghisap bibirku lembut. Tak ada kesan paksaan, tak ada kesan menuntut. Kubuka kancing kemeja yang ia kenakan dan entah kemana kemeja itu pergi karena aksi lemparanku. Ia menghentikan aksinya dan menutupi tubuhnya dan tubuhku dg selimut tebal karena cuaca n ac yang sangat dingin. Ia tersenyum lirih dan masuk kedalam selimut. Jangan bertanya apa yang ia lakukan didalam sana. Yang jelas… aku mati-matian menahan nafasku yang tersengal dan desahanku.
âYounggggg jeballl ahhhhhhhhhhhhhhhhâ, pintaku. Kurasakan sentuhan itu semakin lembut dan memabukkan. Ia selalu mebuatku tersihir dengan sentuhannya. Perasaanku semakin melayang terbang. Kurasakan panas menjalar disekujur tubuhku. Gesekan itu semakin naik dan kini wajahnya kembali ada dihadapanku. Kulihat cairan lekat diujung bibirnya. Sesuatu yang ia suka setelah makanan. Aku mendekatkan wajahku dan menjilatnya sejenak, membersihkan noda diwajah moleknya. Ia menggerakkan bibirnya seakan mengatakan sesuatu.
âmwo?â, tanyaku tak mengerti. Bukannya menjawab ia malah menjulurkan lidahnya dan menjilat keringat dileherku.
âapakah kau tak lelah?â, tolakku halus. Ia menggeleng dan membalikkan posisi kami. Ia membuka kaos yang kukenakan dan tersenyum senang. Ia tidak menyiksaku seperti kemarin malam. Sekarang ia hanya menyentuhku tanpa melakukan permainan inti. Ia menarik pinggangku dan mengecup puncak payudaraku memberi beberapa kissmark disana. Ia tak pernah bermain selembut ini. Apakah otaknya diperjalanan telah terbentur?
âaku telah menemukan cintaku. Orang yang akan mengisi semua hari-hariku. Yeoja yang selalu berada disisiku dikala senang maupun sedih. Yeoja yang membangkitkanku dari alamku. Yeoja yang memperingatkanku akan sesuatu yang tak boleh dilakukan olehku. Yeoja yang mencintaiku apa adanya. Nan jeongmal saranghae Kim HyohYeon. Jebal jangan pernah meninggalkanku…â, pintanya lirih sambil mengalungkan kalung liontin bintang. Tubuh kamu yang sama-sama naked, peluh yang membasahi kami, keadaan kamar yang seperti kapal pecah membuat benda ini adalah satu-satunya benda berkilau ditempat ini. Aku juga tak menyadari sejak kapan ia menyiapkan hadiah kecil ini.
âaku mencintaimu bukan karena apa yang ada ditubuhmu… aku mencintaimu walaupun kamu tak pernah mencintai dan memilihkuâ, ujarku tertunduk. Aku tak pernah berharap cintaku terbalas. Aku hanya ingin ia mengerti bahwa ada orang yang mencintainya.
âssssstttt…… kim HyohYeon. Aku sadar bahwa selama ini aku tak pernah memperhatikanmu. Tapi, aku melakukannya takut terluka karena akan kehilanganmu suatu hri nanti. Dan kini aku tahu… setelah 6tahun kebersamaan kita. Kau tak akan meninggalkanku dan aku telah menemukan bintangku. Bintang yang mencintaiku dan aku mencintainya. I love you. You love me. We love each otherâ, ujarnya dengan bola mata beningnya. Ia jujur. Tuhan apakah permintaanku terkabul?
âdan jessica-ssi?â, ujarku dengan ragu. Ia tersenyum. Senyuman yang menyedotku untuk selalu ada disisinya.
âia masa laluku dan kau adalah masa depanku. Jangn pernah berpikir untuk meninggalkanku atau kau akan mendapat hukuman langitâ, bisiknya. Aku tertegun mendengar ancamannya.
âjeongmal saranghae…â, bisik kami bersama.