It’S You

Aloha para reader sekalian xD
Maaf bukannya bikin ff KyuYoung dan Couple Sugen lainnya…. aku malah seenak jidat membuat ff bergenre yuri … nan jeongmal mianhae. Tapi berhubung author seorang SooSic Sphere gak papa dong xD
Yuk lah capcus… jangan dibash yahhhhh 😀
————————-
It’S You My Lovely Summer
Jessica POV
“SooNa SooNa SooNa… semua SooNa moments,” bentakku kesal sambil membanting i-pad yang tak berdosa diatas ranjangku. Yeoja itu seenaknya memelukku Summer-ku. Cih. Dan apa-apaan ini? Kenapa fany meminta summer menggandeng tangannya, bahkan Taeng tadi mengajaknya makan malam dan sekarang aku sendirian disini. Huh!!!
“kami pulang~!”, suara cempreng itu. Akhirnya ia pulang juga. Ah, sebaiknya aku pura-pura tidur. Batinku sambil menarik selimut menutupi seluruh tubuhku hingga batas muka.
“Jung SooYeon~”, panggilnya sambil masuk kealam kamar kami. Ishhh, jangan panggil aku dengan panggilan itu >_<)
“eh, sudah tidur yah?”, ujarnya heran. Kudengar langkah kakinya mendekat dan memegang selimutku sebentar. “dasar sleepy head”, desisnya yang dapat kudengar. Dan kau shikshin, ejekku dalam hati. Derik pintu kamar mandi terbuka, sepertinya ia akan mandi. Tapi gemericik air ini… ah, dia hanya membasuh muka dan berganti baju. Pemalas. Bahkan ia tak bisa merawat tubuhnya sendiri. Tapi… aku selalu suka aroma tubuh yang dikeluarkannya kkkkk~
“SooYeon eonni….”, panggilnya lagi. Eh, sejak kapan ia keluar dari kamar mandi. Ia merebahkan tubuhnya dikasurku. Hei,,, ini sempit. Bagaiman kalau kau jatuh? Batinku kesal. Grep. Tangan panjangnya dengan cepat memelukku. Tak membiarkan tubuh mungilnya terdorong dari kasur kecilku.
“kenapa kau sudah tidur? Aku ingin cerita makan malamku dengan TaeTae”, ucapnya lirih sambil mengeratkan pelukannya. Sumpah… ini sesak. Bukan karena pelukannya, tapi karena ucapannya. Apakah kau senang? Apakah kau menyukai leader itu?
“ia membelikanku wine kesukaan kita. Bahkan ia menyiapkan banyak pencuci mulut untukku… ah, itu sungguh enak”, ujarnya lagi. Oke, aku kesal sekarang…
“kau sudah selesai?”, tanyaku sarkatis. Ia terkikik dan membuka selimutku.
“sudah”, jawabnya sambil memberikan senyuman lebarnya. Ishhh, aku tau kau manis. Tapi… senyum itu menyebalkan tau.
“kenapa? Apakah aku mengganggu tidurmu?”, tanyanya dengan pandangan innocentnya. Ia menarik tubuhku dan menaruh dagunya diatas bahuku.
“mianhae”, bisiknya sambil menggosok punggungku. “nah tidurlah… besok kita akan balik ke Jepang kan?”, ujarnya melepas pelukanku. Andwe, jangan dilepas. Aku menarik lengannya.
“kkkkk, aku tidak marah. Aku tau kau pasti lelah kan?”, ujarnya sambil melepas cengkramanku. Aigoo, bukan ini maksudku n.n
“jaljayooo jung sooyeon”, ucapnya sambil memeluk guling satu-satunya dikamar kami. Ia tidur membelakangiku. Aku terduduk dipinggir ranjangku sendiri.
“SooYoung-ah~”, panggilku.
“heum?”, gumannya dan membalikkan badannya.
“boleh aku tidur denganmu?”, tanyaku takut-takut. Ia mengangguk dan menggeser posisi tubuhnya. Aku berdiri dan langsung berbaring disebelahnya. Ia langsung memeluk pinggangku tanpa permisi. Selalu begini n.n
“kau sudah makan? Aku beli cake tadi dijalan”, tanyanya dengan mata terpejam. Wajah kami saling berhadapan. Jujur aku menyukai moment seperti ini karena aku dapat memandangi wajahnya.
“belum”, jawabku.
“wae? Kalau kau sakit bagaimana? Dan kalau kau sakit pasti jadwal kita terganggu tau…bla bla bla”, aku menyukai sosok perhatiannya. Walau orang-orang akan mengatakannya cerewet, tapi aku menyukainya. Menyukai segala hal yang ada pada dirinya. Dan mata bulatnya selalu membuatku terpesona. Mata yang tak bisa berbohong dan selalu bersinar dalam kesulitannya.
TAKKKK
Sentikan kerasnya mendarat didahiku.
“appo…”, rintihku sambil mengusap dahiku. Ia terkikik. Menyebalkan. Cup. Kecupan lembut mendarat dikeningku.
“masih sakit?”, tanyanya dengan senyum evil. Aku memilih diam dan mengeluarkan Sica Effect daripada menjawab pertanyaan bodohnya.
“bogoshipoyo…”, bisiknya sambil mengusap pipiku. Aku tersenyum.
“nado…”, jawabku. Kubenamkan kepalaku dalam pelukannya. Aku merindukan momment ini. Walaupun kami roomate, kami tak bisa saling bermanjaan selayaknya kekasih pada umumnya. Kekasih? Apakah aku harus menjawabnya?
“Sica-chu…”, panggilnya. Aku mendangak menatap wajahnya. “sepertinya belakangan ini kau semakin manja”, tatapnya heran. Aku menelan ludah. Benarkah?
“itu bukan salahku… kalau aku tidak begitu kau akan terus bersama member lainnya dan main peluk dan bergenggaman tangan”, ucapku jujur. Ia tersenyum lembut.
“jadi kau cemburu? Tenang saja Jung SooYeon. Aku milikmu”, ucapnya memberi kejelasan padaku. Entah kenapa perasaanku tenang mendengar jawabannya.
“jeongmalyo?”, tanyaku. Aku sedikit ragu mengingat kedekatannya dengan beberapa namja dari beberapa BoyBand terkenal lainnya.
“kau tidak mempercayaiku?”, tanyanya dengan tatapan sedih. Aku mengangguk kecil. Ia melepas pelukannya dan duduk diatas ranjang.
“mianhae…”, ucapku lirih dan ikut duduk. Aku menggenggam kaos lengan panjangnya.
“gwenchana…”, ucapnya dan berdiri hendak keluar kamar. Aku menarik lengannya dan mencium bibirnya sekilas. Aku menatapnya ragu. Jujur selama ini kami tak pernah melakukan kontak seperti ini selain pelukan dan kecupan dikening atau pipi.
“Sicaaaa…”, panggilnya lirih.
“aku memang ragu terhadapmu… tapi aku tak mau kau ragu padaku. Aku sungguh menyukaimu hingga akhir”, jawabku tertunduk. Ia memegang bahuku lembut.
“Jung SooYeon…”, panggilnya. Aku takut ia marah. Selama ini ia memang yang menjaga jarak tentang hubungan kami, dan akulah orang yang mengejarnya. Aku tak tau, ia dulu menerimaku hanya takut aku terluka atau karena hal apa.
“Choi SooYeon?”, panggilnya. Tunggu. Choi SooYeon? Apa maksudnya! Aku mendangak kaget dan tanpa sadar menatapnya.
“aku selalu mempercayaimu… dalam keadaan apapun aku akan tetap memilihmu. Arasho?”, ujarnya meyakinkanku lagi. Aku mengangguk pelan mendengar ucapannya. Aku ingin mempercayainya…
“percayalah padaku walaupun itu sakit”, pintanya. Airmata menggenangi sudut matanya, bahkan bibir yang selalu tersenyum evil itu bergetar.
“uljima… jebal uljima chagi”, pintaku balik sambil menyeka airmata yang jatuh dipipi chubby-nya. Ia terisak menahan tangisnya. Jebal, jangan menangis. Aku tak bisa melihatnya menangis. Itu menyakitkan. Ia memejamkan matanya mencoba menahan airmatanya yang terjatuh. Aku menarik tengkuknya dan sedikit menjijit, kalian tahu perbedaan tinggi antara kami berdua kan? Padahal dulu tinggian aku jauh saat traine. Cup. Dan lagi, aku menciumnya duluan. Airmata membasahi wajahku. Kumohon berhentilah menangis, apalagi ini karenaku. Aku melumat kecil bibirnya. Biarlah nanti ia mengejekku agresif.
“Sica…”, selanya melepas ciumanku. Jujur Choi SooYoung, aku terluka. Kau menolakku.
“mi, miannn”, ucapku terbata.
“aniya… aku yang seharusnya minta maaf”, ia menyeka airmatanya dan melepas tanganku dari tengkuk lehernya. Dan lihatlah, tanpa berkata ia telah menolakku, sepertinya selama ini hanya aku yang mencintainya. Perhatiannya hanya sebatas pertemanan dan teman kerja. Sepertinya…
“aahhhh aku lapar… ayo kita makan cake yang aku beli”, ajaknya memecahkan kesunyian yang terjadi. Tanpa persetujuanku ia menarik lenganku dan berjalan cepat kearah dapur. Aku terus menundukkan kepalaku. Aku tak mau ia melihat raut wajah terlukaku. Biar aku saja yang tau. Ia melepaskan pegangannya dan membuka pintu kulkas, memotong cake jadi beberapa bagian dan menaruhnya dipiring kecil dengan dua garpu kecil.
“aku sangat menyukainya, kuharap kau juga”, ujarnya meletakkannya didepanku. Aku tetap berdiri sambil memotong cake dan memakannya. Sooyoung duduk dikursi yang biasa ditempati Taeng eonni, ia menarik lenganku hingga aku terduduk dipangkuannya.
“kenapa kau diam?”, tanyanya sambil memakan cake bagiannya. Aku tak menjawab dan terus memakan cake coklat enak ini.
“Choi SooYeon kau tak menjawabku!”, desisnya kesal sambil menatapku dingin. Aku tergagap kaget.
“aku sedang makan, jadi bukan salahku tak menjawab pertanyaanmu”, ejekku dan memakan potongan terakhir diatas piring. Tunggu, potongan terakhir? Dasar shikshin. Cepat sekali ia menghabiskan bagiannya.
“kau masih mau?”, tanyanya. Aku menggeleng dan meletakkan garpu kecil disebelah garpu yang digunakannya.
“aku tak tahu kau suka berantakan kalo makan…”, bisiknya sambil menyeka ujung bibirku dengan ujung jarinya. Ia menarik jarinya dan menjilatnya.
“aku juga tak tahu kalo rasanya akan semanis ini bila terkena bibirmu”, tanyanya sambil menatapku. Aku mengedikkan bahuku tanda tak tahu apa-apa. Ia menarik daguku dan melakukan apa yang kulakukan sebelum kita keluar kamar. Ia menciumku dan melumat kecil bibirku.
“aku hanya akan mencium seseorang yang kusukai”,
Aku kembali teringat kata-katanya beberapa waktu yang lalu. Apakah ia menyukaiku? Dan apakah ini jawaban? Aku mengalungkan kedua tanganku dilehernya, membalas lumatan lembutnya. Aku berharap ini tak berhenti. Dan, harapanku terkabul. Ia memeluk pinggang mungilku dan memperdalam ciuman kami. Lampu dapur yang redup menambah suasana romantis diruangan ini.
“GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA”
Teriakan salah seorang member membuat kami melepaskan ciuman kami dan memandang kaget kearah sumber suara. YoonA, sepertinya ia baru pulang dari syuting karena ia memakai mantel lengkap.
“waeyo Yoong?”, teriak ke6 member lainnya. Seohyun dan HyohYeon duluan yang sampai diTKP. Aku dan SooYoung masih shock dan dalam possisi yang sama. Taeyon, Sunny, Yuri dan Tiffany juga sudah sampai didapur.
“waegeure? Dan kenapa Syoung and Jessie pangku-pangkuan?”, tanya Tiffany dengan aksen anehnya. Aku menelan ludah susah dan menatap Syoung minta bantuan. Tapi sepertinya ia juga syok ttg apa yang terjadi sekarang.
“a, aku melihat Jessica eonni dan Syoung eonni berciuman”, ucap YoonA dengan terbata-bata.
“MWOOOOOOOOOOOOO~!!!”, teriak mereka bebarengan. Dan sepertinya ini akan menjadi malam yang panjang karena interogasi member lainnya.

____AS____

YoonA POV
Aku baru menyelesaikan syuting individuku. Hah, hari yang berat… apalagi aku tak bertemu dengannya seharian. Dengan langkah berat karena lelah akhirnya aku berdiri didepan dorm kami. Dorm snsd tercinta. Sudah sangat larut. Maklumlah aku kan member tersibuk dengan bayaran termahal di SNSD kkkkkkk. Perlahan aku membuka pintu dorm. Aku tak mau membuat mereka terbangun. Dapur. Itu yang ada dipikiranku saat memasuki dorm. Aku mempunyai hobby makan. Bukan hobby yang buruk bukan?
“mmmmmhhhh ahhhm”,
Aku bergidik ngeri. Suara apa ini? Suara yang berasal dari dapur membuatku sedikit takut. Ishhh, aku yeoja yang kuat dan pemberani. Dengan keberanian penuh aku menapakkan kakiku kerah dapur. Dan. Deg. Aku melihat pemandangan yang seharusnya tak ku saksikan. Sedikit perih mengenai hatiku. Tak dapat kubiarkan.
“GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA”, teriakku kencang. Kudengar derap langkah berlari dari segala penjuru dorm.
“waeyo Yoong?”, teriak ke6 member lainnya. Ku lihat Seohyun dan HyohYeon duluan yang sampai diTKP. Pasangan yang ingin kupisahkan itu pun masih terpaku dengan kondisi yang sama.
“waegeure? Dan kenapa Syoung and Jessie pangku-pangkuan?”, tanya Tiffany dengan aksen anehnya. Aku menatap mereka penuh amarah.
“a, aku melihat Jessica eonni dan Syoung eonni berciuman”, ucapku lantang.
“MWOOOOOOOOOOOOO~!!!”, teriak mereka bebarengan.
“kalian ini kenapa hah? Apakah kalian mempunyai hubungan!”, bentakku tak percaya. Mungkin saja syoung minta di ajari ciuman karena akan main didrama terbarunya.
“ani, kami berpacaran…”, jawab Sica eon lancar. Taeng eon berjalan menuju sepasang manusia yang saling memandang tanpa dosa dan menarik lengan Sica eonni kasar.
“yaaa… apa yang kau lakukan?!”, bentak SooYoung eon. Ya, kalian tau. Pasangan itu adalah SooSic. Entah kenapa… aku semakin sakit hati saat ia membela sica eon.
“kalian ini kenapa hah! Apakah dunia ini kekurangan namja?”, umpat Yul. Syoung menggenggam tangan Sica. Tidak, sica eon yang menggenggam tangan Syoung. Mereka saling terdiam berkecamuk dengan pikiran masing-masing. Seo masih tidak paham dengan apa yang sdang terjadi. Nampak wajahnya menyiratkan kebingungan.
“kami berpacaran… apakah kurang jelas”, kini Syoung yang menjawabnya. Matanya nampak kesal karena kami mengusik privasinya. Kami tak pernah melihat ia semarah ini.
“Syoung….”, panggil kami lirih berbarengan. Nampak yang paling terpukul adalah Taeng eomma. Tentu saja. Dia adalah leader yang bertanggung jawab atas kami.
“kalian kembalilah kekamar masing-masing… aku tak tahu harus mengatakan apa pada kalian”, usir Taeng. Kamipun beringsut meninggalkan pasangan yang saling cinta ini.
Haruskah aku mengalah? Aku terlalu mencintainya. Aku selalu memperhatikannya. Aku lebih cantik. Aku lebih daripada dia. Tapi kenapa kau memilihnya bukan aku? Bukankah kau mengetahui perasaanku. Jawab aku Syoung. Bukankah aku Yoonderella-mu dan kau pangeranku? Tapi kenapa kau lebih memilih dia? Dan aku hanya dapat terdiam. Aku mencintaimu. Yeongmonhi.

Tiffany POV

Sakit. Kenapa sesakit ini? Bukankah seharusnya aku senang karena kau juga sama sepertiku? Apakah karena kau memilih ice princess-mu maka aku bersedih? Bukankah kau bilang aku anae-mu? Bukankah aku yang selalu bersamamu? Tapi kenapa kau malah memilih si yeoja dingin itu? Apa kelebihannya? Apa karena ia lebih kurus? SooYoungie wae??
TaeYeon POV

Kukira kau menyukaiku. Perlakuanmu membuat aku selalu senang. Perhatianmu selalu membuatku tenang. Bahkan kita mantan roomate. Aku selalu memperlakukanmu dengan baik. Aku bahkan sering mentraktirmu makan diwaktu senggangku. Aku sering bermanja-manja padamu. Tak bisakah kau baca tingkahku?
HyohYeon POV

Aku tak tahu rasa patah hati akan sesakit ini. Padahal aku tahu hubungan kalian telah lama semenjak kita training bersama. Tapi entah kenapa aku masih menaruh harapan dan berpura-pura menjadi sahabat kalian dan mencuri perhatianmu sekali-kali. dan kini kalian telah mengatakannya secara langsung. Aku tak tahu akan menaruh harapanku dimana. Haruskah aku menyerah dengan perasaanku SooYoungie?
YuRi POV

Memang umpatanku terdengar kasar. Maaf kalau membuatmu marah padaku. Tapi tak bisakah kau mengerti perasaanku sedikit saja. Aku juga mencintaimu. Tak bisakah ada secuil asa diharapanku. Kenapa kalian bisa melakukan hal ini? Aku sering bersama Jessica hanya untuk mengetahui segala hal tentangmu. Aku begitu senang saat kau tahu segala hal tentangku. Tapi kini, semua hanyalah mimpi yang akan lenyap. Aku tak bisa memilikimu….
SeoHyun POV
Eonni, hanya kau yang membuatku betah. Hanya kau yang tidak mengejekku tentang anime kesukaanku yang menurut orang kekanak-kanakkan. Hanya kau yang dengan senang menemaniku makan Goguma sepanjang hari tanpa mengeluh. Aku kira menyukaiku seperti aku menyukaimu, tapi ternyata aku bodoh. Yang kau sukai Sica eonni bukan aku. Eonni, semoga dilain waktu kau memilihku. Karena aku mencintaimu.
Sunny POV

Cih, kau kira aku akan melepaskanmu setelah ini? Ani Soo… kau hanya milikku. Tak ada seorang pun yang boleh memilikimu. Tak seorang pun. Termasuk yeojamu. Jung SooYeon.
Ahhhh, pemikiran bodoh apa tadi? Aku tak mungkin melakukannya. Nama orangtuaku dipertaruhkan. Tapi… apakah aku harus menyerah dengan perasaanku? Aku sungguh mencintaimu… tak bisakah kau melihatnya?

Can We Are Together?

SooYoung Pov

“hashhhh… sudah jam pulang kerja. Kemana yeoja itu? Ck, lagi-lagi ia pulang duluan”, desisku kesal. Ah mungkin ia belanja dan tak mau diganggu. Heum… sendirian lagi berarti? Apa aku harus jalan-jalan dulu sebelum pulang? Ketaman atau menyusul ia belanja yah?

“Nuna akan kesini besok… kita main bersama lagi ne?”,

Entah kenapa aku tiba-tiba teringat akan namja kecil ditaman kemaren. Apa aku harus kesana? Iya kalo tuh bocah disana. Kalo enggak?

“assshhhh….. kajja Syoung-ah~!”, ujarku sambil berkaca ditembok lift. Tampak beberapa pegawai lain memandangku risih.

“mianhae~”, ujarku sambil membungkuk.

_____________0

“kajja pulang, ini sudah sore. Taman juga udah sepi…”, ajakku frustasi kepada anak semata wayangku. Ia bersikeras terus bermain di-ayunan taman.

“andweee… Noona itu kemarin berjanji akan menemuiku lagi disini”, jawabnya sambil menangis.

“kau hanya berhalusinasi arra… eomma sudah letih berkerja seharian. Eomma minta maaf tidak bisa menemanimu bermain. Jadi, jangan protes seperti ini Jung YunSeo”, bujukku lagi sambil melepas jari-jari tangannya dari tali ayunan.

“hiks-hiks….. aku tidak berbohong eommonim”, isaknya ambil menunduk. Ia mengeratkan pegangannya dan terus menangis.

“hei… menurutlah padamu eomma-mu ne?”, ucap suara dibelakangku. YunSeo langsung mendangak dan tersenyun riang. Lama aku tak melihatnya tertawa seperti itu.

“Nuna yaaa~”, panggilnya dan berlari menabrakku.

“apakah kau merindukanku pangeran tampan?”, tanya suara itu lagi. Aku membalikkan badanku dan menemukan sosok tinggi yang sudah lama tak kulihat

“Choi SooYoung?”, panggilku lirih. Ia mengangkat kepalanya dan memandangku kaget. Nampak raut wajahnya takut dan terluka. Ayolah Choi Sooyoung. Apakah kau membenciku? Mataku terasa panas, airmata ini tak dapat terbendung. Apakah kau kira… hanya kau yang terluka?

“anyeong Jessica-ssi”, panggilmu. Dan kau memanggilku dengan panggilan formal. Walaupun aku lebih tua darimu, aku tak pernah mendengar kau memanggilku seformal ini kepadaku.

“Youngie…”, panggilku lagi. Kulihat ia terpaksa mengangkat sudut bibirnya membentuk senyuman yang dulu dapat meluluhkanku.

“eomma… apa kau mengenal nuna ini?”, tanya YunSeo heran.

“ne, nuna kenal”, potong Sooyoung cepat. Ia tak membiarkanku menjawabnya.

“sudah hampir malam, peri kecil sebaiknya pulang kerumah”, bujuk SooYoung mengacak rambut YunSeo. Dulu ia selalu melakukan hal itu bila gemas padaku.

“ishhh, Nuna tidak sopan. . . apakah kau tak mengajakku makan dirumahmu atau sebagainya?”, decak YunSeo kesal.

“yakkk Jung YunSeo!!!”, bentakku. Anak ini sungguh tak sopan.

“baiklah kajja… Jessica-ssi, apa kau mau mampir di apertemenku dan makan malam?”, ajaknya sambil tersenyum getir. Aku mengangguk dan menggenggam tangan YunSeo.

“apakah Yunho oppa tidak mencari kalian?”, tanyanya ditengah perjalanan.

“Nuna? Kau mengenal appa-ku?”, seloroh YunSeo.

“Ne… dulu Nuna sekampus dengannya dan eomma-mu. Wae?”, ujar SooYoung pelan. Tolong jangan ungkit masa lalu kita. Itu menyakitkan.

“aniya… eomma dan appa sudah bercerai semenjak aku lahir Nuna. Jadi, aku tak tahu wajah appa kecuali namanya”, bahkan pangeran kecillku berbicara dengan tegar. Apakah aku harus terus terpuruk seperti ini. Aku menatap SooYoung, menanti ekspresi yang akan ia keluarkan. Wajahnya nampak datar sambil tersenyum getir. Kami bertiga berdiri didepan apertemen mewah milik SooYoung. Ia selalu menjadi nyonya muda yang terhormat. Tangannya dengan cepat mengetik kata sandi dan membukakan pintu apertemen untuk kami.

“silahkan masukkkk”, ucapnya dan menarik YunSeo masuk. YunSeo nampak kagum dengan interior dalam ruangan.

“huwahhhh, yak Nuna-ya. Kenapa tidak ada gorden pink dan benda pink lainnya?”, tanya anakku kaget. Dia tidak menyukai benda pink. Selamanya tidak akan suka.

“Nuna tidak suka benda pink”, benarkan. Aku selalu benar dalam tingkahnya.

“kalian tunggu disini… aku akan memasakkan sesuatu untuk kalian”, pamitnya. YunSeo menatapku sambil tersenyum sinis.

“eomma kalah dengan Nuna itu. Bahkan ia dapat memasak… tidak seperti eomma yang membakar wajan”, ejek anakku. Aku tercekat. Seburuk itukah aku?

“eumhhh, Jessica-ssi bisakah kau membantuku mencuci sayur?”, pinta SooYoung dengan kepala menongol di pantry. Aku mengangguk dan berjalan ke arah dapur. Nampak ia sedang memotong bahan penyedap dan beberapa daging. Aku bergegas mengambil baskom berisi sayur dan mencucinya diwestafel.

“sudah selesai”, ujarku ditengah-tengah suara pisau yang terus mengisi dapur. Ia mengambil baskom sayur dan mulai mengupasnya dengan cepat.

“kamampuan memasakmu semakin baik”, pujiku. Ia menatapku sekilas dan kembali menekuni kegiatannya. Aku hanya dapat tersenyum miris dan menunduk. Sepertinya ia benar-benar membenciku.

“Young…”,

“Ahhhh, panggil YunSeo…. sop-nya hampir matang”, potong SooYoung sambil memasukkan semua bahan dalam panci kecil.

“Ah ne…?”, dan aku pergi menjemput YunSeo.

________________0

Yunho dan Jessica telah bercerai? Aku tak tau itu kabar baik atau buruk. Dan kurasa, yeoja didepanku sangat terpukul dengan kejadian itu. Kami makan dalam keheningan walau celotehan YunSeo yang tiba-tiba mengisi suasana diruang makan ini.

“Jessica-ssi… sekarang kau bekerja dimana?”, tanyaku takut. Ia menghentikan sendokan soupnya dan menatapku aneh.

“a, aku hanya bertanya… kalau kau tak mau menjawab ya sudah”, tukasku. Ia menundukkan kepalanya dan menjawab lirih

“sekretaris di Lee’s Corp”.

“owhhhh, berapa tunjangan yang kau dapat dari Yunho oppa?”, tanyaku lagi. Ia menggeleng pelan. Tidak dapat. Sepertinya begitu.

“aku sudah kenyang”, sela YunSeo.

“kau mau kudapan?”, tanyaku yang juga telah selesai makan. Ia mengangguk cepat sambil bertepuk tangan. Kukeluarkan 3cup eskrim strawberry kesukaan Jessica.

“wahhh, ini kesukaanku dan eomma. Kenapa nuna bisa tahu?”, tanyanya heran sekaligus senang. Aku mengangkat bahuku dan mehrong ke arah YunSeo. Nampak wajahnya kesal sambil menyendok kasar eskrim kedalam mulutnya. Aku melirik Jessica yang merapikan alat-alat makan.

“biarkan saja disana. Aku akan merapikannya nanti”, ujarku. Ia menggeleng dan meneruskannya.

“Sica~”, panggilku kencang karena kesal. Aigoo, apa yang kukatakan. Kenapa aku memanggilnya dengan sebutan itu. Aku merebut peralatan makan ditangannya dan menaruhnya di westafel. Ia masih memandangku dengan tatapan kosong. Jangan beri aku tatapanmu itu Sica.

“kau sudah selesai Yun? Kajja, ini sudah malam”, ajak jessica pd Yunseo. Namja kecil itu menggeleng tak mau dan memeluk lenganku. Sepertinya ia menyukaiku.

“bolehkah aku menginap disini?”, pintanya dengan puppy eyes. Aku menelan ludah berat.

“Yunnnnn…”, panggil Jessica lagi.

“heummm, besok hari minggu. Tempat kerjamu liburkan? Kalian menginap saja”, selorohku.

“tuh eomma…. nuna ini mengajak kita menginap. Ayolah ayolah, ne”, rengak Yun. Isssshhhh, apa yang kulakukan? Aku seperti membuka memory lama u.u

“akan kucarikan baju ganti utkmu. Pasti tak nyaman memakai baju kerja utk tidur”, kataku dengan berat. Walaupun aku lebih tinggi darinya, badan kami hanya beda tinggi tidak dalam bentuk. Aku bergegas masuk kedalam kamarku dan mengambilkan kaos dan celan training.

“kamar kalian disana, itu kamar tamu. Kamar mandi ada dua. 1 kamarku, dan satunya diujung sana. Dekat ruang tamu”, ucapku menjelaskan. Jessica mengangguk dan segera masuk kekamar mandi berganti baju. Sepertinya cobaan hidup membuat tubuhnya makin mengecil. Bahkan kaosku yang paling kecil masih longgar ditubuhnya.

“eomma aku mengantuk…”, rengek yun pada jessica yang baru keluar. Wajah jessica yang dulu selalu merajuk dan tersenyum pun nampak keibuan dihadapan Yun. Ia menggenggam tangan Yun dan masuk kedalam kamar tamu setelah berpamitan padaku. Aku memijat kepalaku yang tak pusing.

________________0

“Kumohon percayalah padaku”, rengek yeoja dengan rambut blonde itu. Yeoja yang sangat tinggi dihadapannya hanya tersenyum kaku tak menanggapi.

“Youngie… malam itu aku mabuk. Aku tak menyadari apapun saat itu, jebal percayalah padaku”, rengek yeoja itu lagi sambil mengguncang bahu yeoja yang dipanggil Youngie.

“apa yang harus kupercayai Jung SooYeon? Kau mengatakan kalau dirimu mabuk, dan orang yang saat itu berada disebelahmu adalah Yunho Oppa… dan kau, kau melakukan hal itu dengannya hingga…”, yeoja semampai itu tak dapat melanjutkan kata-katanya. Airmata membasahi wajahnya sedari tadi. Wajahnya tak lepas dari mata yeoja dihadapannya. Mereka sama-sama terluka. Youngie. Choi SooYoung, merasa cintanya dikhianati oleh yeoja yang selama 6tahun ini disukainya. Jung SooYeon. Jessica, merasa ia sangat bersalah hingga yeoja yang selama ini ada disisinya tak dapat mempercayainya.

“sepertinya ini akhir yang baik…”, ucap yeoja berambut coklat itu.

“a, apa maksudmu youngie-ah?”, tanya Jessica takut. Ia mengeluarkan suaranya dengan nafas yang tersengal.

“sekarang kau lihat… kau hamil dan sebentar lagi eommonim, ah ani… eomma-mu pasti akan segera menyuruhmu menikah dengan Yunho oppa. Semua orang juga tau kan kalo Eomma-mu menyukai namja itu?”, Jawab SooYoung cepat. Sungguh bukan itu yang ingin ia katakan.

“andweee… jebalyo andwe. Jangan tinggalkan aku. Kajima SooYoung-ah…”, pinta Jessica. Raut wajah kedua yeoja itu tak ingin melepaskan satu dengan lainnya.

“mianhae ssica-chuu…”, tangan dengan jari lentik itu dengan cepat melepas cengkraman dilengan bajunya. Dengan gerakan cepat ia menghilang dibalik rerimbunan pohon taman yang menjadi siksa bisu kisah percintaan terlarang mereka. Teriakan yeoja yang dicintainya seperti melodi kematian dalam tiap langkahnya.

“mianhae mianhae mianhae…”, bisik yeoja itu. Bisikan yang sangat lembut yang bahkan hanya dapat didengar oleh angin senja.

____________0

Pikiran mereka sama-sama kembali pada kisah 7tahun yang lalu. Kisah yang memisahkan mereka dan menyadarkan mereka akan jurang kehidupan yang sebenarnya. Jung SooYeon menatap langit malam dari jendela apertemen milik SooYoung. Sedang yeoja pemilik apertemen itu sendiri menatap kosong layar tv dihadapannya.

“Youngie… apakah kau sudah tidur?”, entah sejak kapan, yeoja itu berdiri dibalik sofa yang menjadi peraduannya sejak tadi.

“be, belum”, jawabnya cepat. Jessica segera duduk disisi orang yang pernah mengisi hatinya selama 6tahun. Bukan, bahkan sampai sekarang ia tetap mencintai yeoja disebelahnya ini.

“apakah kau makan dengan baik?”, tanya Sooyoung memecah kesunyian diantara mereka.

“menurutmu apakah aku akan makan dengan baik setelah melihat kondisiku?”, tanya jessica balik. Mereka tertawa menjelekkan kebodohan mereka masing-masing.

“kau masih sendiri?”, tanya jessica dengan berani. Entah pikiran bodoh apa yang ada dalam otaknya. Sooyoung tersenyum mengejek mendengar pertanyaan gila ex-yeojanya itu.

“kau ingin jawaban sebenarnya atau kebohongan?”, ucapan itu dengan mulus keluar begitu saja tanpa dapat terkontrol. Mereka masih saling menyukai. Itulah tanda yang dapat jelas terbaca.

“apakah kau tak mau menikah?”, dan lagi, pertanyaan terlontar dari mulut jessica. Sooyoung tertawa keras mendengar pertanyaan yang menurutnya sangat menjurus ini.

“aku tak ingin terluka… tak mau”, jawabnya dengan nada tegas dan beranjak hendak masuk dalam kamarnya.

“cha, chakkaman Youngie ah…”, panggil jessica terbata. Ia lost control memeluk yeoja tinggi itu.

“Sica-ahhhh…”, panggil SooYoung dengan nafas tercekat. Ia menggenggam tangan kecil itu mencoba melepasnya.

“sementara… hanya untuk sementara. Biarkan aku memelukmu sebentar saja…”, pinta yeoja mungil itu. Sooyoung melepaskan cengkramannya dan membiarkan ex-yeojanya ini memeluknya erat. Dalam hati mereka berharap, perpisahan mereka tak pernah terjadi. Mereka berharap perpisahan 7tahun yang lalu hanyalah mimpi.

“apakah sudah cukup?”, tanya SooYoung dengan suara dinginnya. Ia melepas pelukan Jessica dengan menghempaskannya dengan kuat. Jessica tertawa kecil menutupi sakitnya.

“kurasa hanya aku yang terlalu berharap”, desis Jessica frustasi. Ia menatap punggung Sooyoung yang perlahan mengabur karena airmatanya. Derak pintu yang tertutup semakin membuat penopang tubuhnya runtuh. Ia terduduk dan memeluk lututnya, membenamkan kepalanya berharap ia dapat meredamkan suara isak tangisnya.

“pabo… Sooyeon pabo! Apakah kau begitu bodoh hingga berharap ia masih menyukaimu”, rutukknya kesal. Terdengar gemericik air mengalir dari dalam kamar SooYoung.

“mianhae… nan jeongmal mianhae SooYoung-ah”, pintanya dan menyeret kakinya dengan berat kedalam kamar tamu miliknya.

TRING Cklekkkk~

Terdengar pintu apertemen yang terbuka. Jessica segera menghapus airmatanya dan kembali kearah pintu yang menjadi kamar sementaranya. Ia melihat seorang yeoja mungil dengan rambut panjang blonde memasuki arah dapur dengan kantung belanja yang berat.

Cklekkk

Pintu kamar Sooyoung juga terbuka dan menampilkan ia dengan piyama putih dan rambutnya yang basah. Ia mengeringkan rambutnya dengan kasar.

“kau sudah datang?”, tanya yeoja berambut blonde itu. SooYoung terkekeh dan memeluknya erat dari belakang.

“banyak sekali belanjaannya. Kau menghabiskan berapa?”, tanya SooYoung dan melepaskan pelukannya.

“hanya beberapa dari kreditmu”, jawab yeoja itu sambil terkikik. Ia melempar kaleng cola dan dengan cepat ditangkap oleh Syoung.

“Hyonnie, kau mau?”, tanya Syoung sambil membuka pengaitnya. Yeoja itu menggeleng dan merapikan isi kulkas.

“isinya berkurang banyak. Apakah ada tamu?”, tanyanya penasaran.

“eumh ne… teman lamaku dan anaknya”, jawabnya. Deg. Jessica menahan sedikit rasa sakitnya saat ia hanya dikatakan sebagai teman lamanya bukan sebagai mantan kekasihnya.

“owh…”, yeoja itu membulatkan bibirnya dan menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda. Ia mencuci tangannya yang sedikit lengket dan menarik kursi disebelah syoung sambil memakan puding kesukaannya.

——————–0

HyohYeon. Yeoja yang membangkitkanku dalam keterpurukan. Ia yang selalu menyemangatiku dan memberikanku semua yang ia punya agar aku dapat bangkit. Saat aku mengatakan bahwa aku menjadi seperti ini karena seorang yeoja, bukannya ia menjauhiku. Ia malah menawarkan dirinya padaku untuk melupakan yeoja yang telah mengisi tiap detik dalam hatiku. Dan hingga sekarang, ia tetap dan akan selalu disisiku walau aku belum bisa menerima kehadirannya seutuhnya.

“aku mau pudingmu”, rengekku manja. Ia menggembungkan pipinya kesal dan menyuapiku dengan puding dan saosnya. Eumhhhh, ini enak.

“mashita~”, pujiku. Ia mendecak kesal dan melanjutkan makannya. Kulihat isi cup pudingnya telah tandas, dan menyisakan sedikit diujung sendoknya.

“aku mau…” hap. Ia tanpa berdosa memakannya hingga tak bersisa. Aku menganga syok.

“apakah masih ada?”, tanyaku. Ia menggeleng kuat sambil memasang wajah innocentnya. Tanpa sadar aku menjilat sisa saos strawberry diujung bibirnya.

“manis…”, bisikku. Dengan gugup aku kembali memposisikan tubuhku, meneguk colaku dengan kasar.

“aku akan pulang”, ujarnya dengan wajah merah. Aku mencengkram lengannya dengan cepat.

“tinggallah sebentar lagi. Apertemen ini juga milikmu…”, pintaku. Wajahnya nampak ragu dan bingung. Aku memasang wajah innocentku berharap ia akan tinggal sebentar ato menginap. Dengan senyuman yang paksa ia mengangguk dan kembali duduk.

“ka, kau belum mengantuk?”, tanyanya ragu. Aku menggosok rambutku yang sedikit basah dengan handuk kecil dipundakku.

“rambutku belum kering”, jawabku dengan nada polos. Ia menarik handuk ditanganku dan membantuku mengeringkan rambut panjangku.

“handukmu basah, ambilkan aku handuk baru”, perintahnya kesal dan berjalan kebalkon menjemur handuk. Tak terpikir olehku untuk menuruti perintahnya, aku malah mengikuti langkahnya menuju balkon dan memeluk tubuhnya dari belakang.

“kau darimana saja? Jam kerja kita kan sudah selesai jam 2sore?”, tanyaku dengan jeli. Ia terkikik geli dan mengusap lenganku.

“aku melihatmu dengan yeoja itu”, sumbarnya. Tubuhku menegang terkejut. Apakah ia marah?

“aku tak marah… bukankah itu bagus?”, ujarnya seakan mengetahui perasaanku. Aku semakin merasa bersalah.

“Hyon…”,

“kau akan kembali padanya… dan tugasku telah selesai”, ujarnya memotong ucapanku. Aku tak bisa. Aku tak bisa kehilangannya.

“Hyonnie dengarkan aku~!”, bentakku dan membalikkan tubuhnya. Cairan bening membasahi pipinya. Ia menangis. Ia takut kehilanganku.

“tugasmu tak akan pernah selesai… kau selamanya akan selalu ada disisiku arra”, desisku dengan wajah merah padam. Aku marah pada yeoja pabo dihadapanku.

“kau suka melihatku menangis? Kau suka melihatku terluka hah!”, bentakku lagi. Ia menggeleng kuat membuat rambut panjangnya bergerak bebas terkena angin malam. Kuseka airmatanya lembut dan tersenyum getir, ia juga menatapku dan menyeka airmataku yang aku sendiri tak tahu kapan keluarnya. Ia mengecup kedua mataku lembut dan tersenyum dengan mata tanpa cahaya.

“uljima…”, pintanya lirih. Aku mengangguk dan mengecup keningnya lembut. Ia mendangak dan sedikit senyum yang dipaksakan ia mencubit pipi chubbyku. Aku merintih kecil membuat ia terkikik. Ia tahu aku paling tidak suka bila disentuh pada daerah pipiku. Ia mengusap daerah pipiku yang kemerahan dan hendak masuk kedalam apertemen yg kami beli sebagai tabungan. Aku kembali menarik lengannya dan memeluknya, menghirup aroma tubuhnya mencari ketenangan.

“besok hari minggu, bagaimana kalo kita piknik?”, ajaknya tiba-tiba. Aku mengangguk mengiyakan dengan senang. “apakah kita perlu mengajak “tamumu”?”, tanyanya dengan penekanan kata “tamu”. Aku menelan ludahku dengan susah payah. Ia mengetahui semua rahasiaku dari hal terkecil sekalipun.

“terserah kau”, ujarku pasrah.

“anaknya pasti suka… sebaiknya kita mengajaknya”, selorohnya tanpa perasaan bersalah. Aku mendelik.

“ayolah Choi SooYoung”, rengeknya. Aku memasang senyun evilku.

“kalau begitu kabulkan satu permintaanku dan kukabulkan permintaanmu”, selorohku.

“baiklah… katakan”, ucapnya dengan mempoutkan bibirnya imut.

“kalau begitu, layani aku malam ini”, bisikku seduktif dan menggendongnya ala bridal style.

“Ya Choi SooYoung!!!~”, bentaknya kesal. Aku membungkamnya dengan ciuman panas, dan ia hanya dapat pasrah sekarang.

——————————-0

Choi SooYoung sialan. Ia benar-benar menyiksaku semalam. Untuk duduk saja aku harus menahan sakit seperti ini, apalagi kalau berjalan.

“kau sudah bangun?”, tanyanya dari arah sampingku.

“ne…”, jawabku dengan suara berat khas orang bangun tidur. Aku menarik selimut dan menutupi daerah dadaku. Ia nampak terkekeh geli melihat tingkahku.

“jangan tertawa. Kau sungguh menyebalkan”, desisku kesal. Ia tersenyum dan duduk dengan santai. Kenapa harus aku yang menjadi uke yeoja evil ini? Tahu seperti ini, aku akan kabur tadi malam. Ia meletakkan dagunya dibahuku dan menyentuh kissmark yang ia buat disepanjang leher dan area dadaku.

“Young, jangan memulainya lagi. Apa kau tak puas dengan yang tadi malam eoh?”, bisikku kesal. Ia mengecup tengkukku dan mengirup aroma tubuhku sejenak. Aku hampir saja hanyut dalam perlakuanmu.

“Young jebal… aku lelah”, rajukku dengan nafas terengah-engah. Ia mengguman sesuatu yang bahkan tak dapat kudengar. Ia melepaskan ciumannya perlahan dan mengecup pipiku lembut.

“sudah pagi… ayo mandi bersama”, ajaknya asal. Aku memasang tampang dingin, aku tau kalau menurutinya ia akan melakukan hal yang ia lakukan hingga subuh ini. Aku tahu, aku hanya pelampiasannya. Tapi aku selalu menginginkan setiap sentuhannya karena itu candu bagiku. Aku membelit selimut asal dan menyiapkan baju yang akan kami pakai. Apertement ini, apertement yang memang kami beli dengan uang tabungan kami. Dan kami pasangan kekasih… ah, bukan. Aku hanya pelampiasannya setelah putus dengan yeoja yang sekarang tengah tidur diseberang ruangan kami. Aku segera masuk kamar mandi setelah syoun g keluar dngan rambut basahnya. Aku tak mau tergoda dan melakukannya dipagi buta setelah beristirahat selama 1jam karena kelakuannya. Dengan baju ganti yang kubawa, aku melakukan semuanya dalam kamar mandi ini. Berhias dan apapun itu namanya.

Cklek

“ckckckck, apakah kau takut Ny.Choi?”, ejeknya sambil terkekeh kecil. Dengan langkah terseok-seok aku berjalan cepat keluar kamar dan menemukan yeoja yang kuketahui sebagai mantan orang yang mencumbuku tadi malam. Jung SooYeon atau yang dipanggil Jessica.

“kau mau kemana hari ini? bagaimana kalau ikut acaraku dan SooYoung piknik?”, tawarku. Dan sesuai perkiraanku. Ia menolak walau pada akhirnya mengiyakan setelah Yun mengiyakan. Dan SooYoung keluar, berjalan kearah dapur menyiapkan makanan yang akan kami bawa. Aku tak banyak membantu, aku hanya duduk dikursi meja makan dengan wajah sedikit pucat. Badanku seakan remuk. Andai saja aku dapat membalasnya -_-

“gwenchana?”, tanya yeoja disebelahku khawatir. Aku mengangguk lirih dengan tatapn sendu. Aku berjalan dengan tertatih-tatih kearah sofa tv. Sica memegang lenganku dan mebantuku berjalan.

“gomapta”, ujarku tulus saat berhasil duduk disofa depan tv. Aku tak memperhatikan Syoung dg mantannya itu. Itu bukan urusanku, karena pada dasarnya aku tak berarti apa-apa dikehidupannya.

“Hyo… kau menaruh alas piknik dimana?”, Suara cempreng yeoja itu hampir membuatku jantungan. Yun yang bermain denganku pun hampir terlonjak dari sofa karena teriakan tiba-tibanya. Aku menutup telinga Yun dan menarik nafas dalam-dalam.

“digudang rak 2”, teriakku tak kalah keras.

“kajja…”, ajak Syoung membawa semua alat2. aku berjalan pelan disisi Syoung. Mencengkram lengan kaosnya mencari pegangan.

“aku mau didepannnn”, rengek Yun dan menduduki possisi terdepan disamping Syoung. Syoung membukakan pintu untuk kami (HyoSic). Sepanjang perjalanan Yun tertidur dengan tenang, memang perjalanan ini lumayan panjang.

“eumh, oppa hidupkan radionya…”, pintaku dengan mengguncang kursi yg ditempatinya. Oppa? Kkkkkk~ ia sangat namja dengan tingkah dan dandanannya sekarang.

Alunan musik dan lagu ballad dari GB Girls Generation mengalun lembut didalam deru mobil yang sedang melaju dijalan tol.Kupejamkan mataku menghayati lagu yang menjadi favoritku belakangan ini. Entah kenapa aku sangat menyukainya.

“ahhhh aroma laut…”, desisku. Aku memandang yeoja imut disebelahku. Pantas saja seorang Choi SooYoung sangat tergila-gila padanya. Ia sangat cute.

____________________0

Aku pasrah menerima ajakan yeoja yang kuketahui bernama Kim HyohYeon, apalagi YunSeo dengan senangnya menerima ajakannya. Kami berempat sedang menyiapkan bekal untuk piknik diujung pantai negeri ini. Hyohyeon tak banyak membantu, ia hanya duduk dikursi dengan wajah sedikit pucat.

“gwenchana?”, tanyaku khawatir. Ia mengangguk lirih dengan tatapn sendu. Aku semakin khawatir saat ia berjalan dengan tertatih-tatih. Aku menahan lengannya dan membantunya berjalan.

“gomapta”, ujarnya saat berhasil duduk disofa depan tv. Aku mengangguk dan kembali kearah dapur membantu SooYoung memasak walau hanya menata makanan diwadahnya. Yun nampak bermain dengan Hyo druang tengah.

“tidurmu nyenyak?”, tanyaku.

“eumh,,, ne”, jawabnya ragu. Ia berjalan memasukkan semua alat makan yang akan menjadi peralatan kami nanti.

“Hyo… kau menaruh alas piknik dimana?”, teriaknya keras.

“digudang rak 2”, balas teriak hyo. Apakah yeoja itu tinggal bersama dengan Syoung? Aku juga melihatnya keluar dari kamar Syoung pagi tadi.

“kajja…”, ajak Syoung membawa semua alat2. Yun menggandeng tanganku dan menarikku dengan semangat. Hyo berjalan pelan disisi Syoung. Mencengkram lengan kaosnya mencari pegangan.

“aku mau didepannnn”, rengek Yun dan menduduki possisi terdepan disamping Syoung. Syoung membukakan pintu untuk kami (HyoSic). Sepanjang perjalanan Yun tertidur dengan tenang, memang perjalanan ini lumayan panjang. Dan itu alasanku kenapa aku mau ikut, aku dapat melihatnya dalam waktu lama.

“eumh, oppa hidupkan radionya…”, pinta Hyo dengan mengguncang kursi dihadapannya. Tunggu. Oppa? Ia memanggil Syoung dengan sebutan oppa? Apakah aku tak salah dengar?

“Bomnal gateun misoe

On sesangihwahnhaejyeoyo

Nal tashi tto kkumkkuge haeyo

Haessari ban-chagineun nal

Keudae sone kkakji kgigo

Bal-keo-reumeul majchwo keo-reoyo

Kakkeum nae-ga apseo keodda-ga

Mundeuk dwiireul do-rabomyeon

Nareul boneun geu eol-ku-re

Na nuni bushijyo

Bomi oneun sori teu-llimyeon

Ggoti pin gil ttara keo-reoyo

Bi naerineun yeoreumi omyeon

Muji-gae-man bomyeo keo-reoyo

Ka-eul china kyeou-ri wahdo

Sone jeonhaejineun ongiro

ttaseuhameuro

Hamkke keo-reo-gayo

How great is your love

Haneu-reul talmeun sarangi

Nae-gedo ju-eojigil

Nan eonjena gidaryeowaht-jyo

Byeolbichi ban-chagineun nal norae-haneun jeo

Saedeulye mellodie majchwo keo-reoyo

Dol-ko doneun ne kyejeolye

Banbokdwehneun bimilcheoreom

Byeonhameom-neun geu sarange na nuni bushijyo

Bomi oneun sori teu-llimyeon

Ggoti pin gil ttara keo-reoyo

Bi naerineun yeoreumi omyeon

Muji-gae-man bomyeo keo-reoyo

Ka-eul china kyeou-ri wahdo

Sone jeonhaejineun ongiro ttaseuhameuro

Hamkke keo-reo-gayo

How great is your love

Sesange jichyeoit-deon nae-ge

Balgeun bichi dweheojun geudae

Hamkke keonneun jobeun gil kkeu-te

Tashi tto kyeou-ri ondaedo

Keudae nae son jabajundamyeon nae-ge

I geochin sesangdo bomnal gateunkeol

How great is your love

How great is your love”

Alunan musik dan lagu ballad dari GB Girls Generation mengalun lembut didalam deru mobil yang sedang melaju dijalan tol. Hyo memejamkan matanya menghayati lagu yang memang sangat menyentuh ini. Aku memperhatikan jalan dan membuka kaca mobil perlahan.

“ahhhh aroma laut…”, desis Hyo. Aku menoleh dan tersenyum mengiyakan.

“pasti menyenangkan bermain di air”, selorohku.

“ahhhh aku tak bisa….”, ujarnya dengan wajah murung. Aku mengerutkan keningku.

“apakah kau sedang datang bulan?”, tanyaku dengan nada aneh. Ia terkikik dan menggeleng.

“aniya….. hanya saja aku sedang malas dan susah berjalan. Bisa jadi masalah kalo ada ombak da aku tidak segera ketepi”, ucapnya dengan wajah merah. Aku memiringkan kepalaku tidak mengerti. Sooyoung nampak serius mengemudi dan tidak menghiraukan kami yang berbicara. Rambut panjangnya ia masukkan dalam topi. Mata bulatnya ia tutupi dengan kacamata hitam lebar. Bila seperti itu, ia tak akan terlihat sebagai seorang yeoja. Apalagi tubuh jangkungnya bahkan mengalahkan tinggi namja kebanyakan. Jalur tol sudah lama kami lalui, aku dan Hyo seperti teman lama yang baru saling ketemu setelah reuni beberapa tahun pasca zaman sma.

“kita sampai…”, potong Sooyoung disela obrolan kami. Aku menatap luar tak percaya. Nampak beberapa keluarga dan pasangan dibibir pantai sedang menikmati hari libur mereka. Aku segera keluar dan menghirup udara sebanyak-banyaknya. Aku hendak memanggil Hyo dan mengajaknya berlari ketika kulihat Syoung mengecup bibir yeoja itu dan tersenyum aneh. Hyo memukul bahu syoung dengan keras dan aku bergegas membuang muka agar mereka tak tahu kalau aku telah melihat sesuatu yang tak ingin mereka perlihatkan. Syoung membuka bagasi dan bergegas menatanya sendirian. Tidak membiarkan dari kami membantunya menyelesaikan pekerjaan itu. Ia melambai tanda pekerjaannya telah selesai. Yunseo entah sejak kapan telah bangun dan berlari memeluk Syoung. Hyo menutup pintu dan mengajakku yang masih terdiam.

“gwenchana?”, tanyanya. Aku mengangguk mengiyakan dan menyusul langkah kecilnya. Syoung tertawa bersama Yun, aku tak mengetahui apa yang mereka tertawakan. Aku duduk disebelah Hyo dan membuka bekal yang telah kami persiapkan. Hyo dengan cekatan mengupas dan memotong mangga yang nampak segar dihadapanku.

“kau mau?”, tawarnya padaku. Aku mengangguk dan mengambil sepotong. Segar. Buah ini sangat segar. Energiku seakan kembali setelah memakannya.

“Hyong aku mau…”, rengek Syoung dan meletakkan Yun dpangkuannya. Aku melihat tingkah kekanakan Syoung dan tanpa sadar tersenyum. Tanpa diperintah dua kali, hyo memotong dan menyuapkan perlahan kemulut kecil Syoung. Yun merengek meminta juga, dan Hyo pun menurutinya. Aku iri pada yeoja ini. Seharusnya aku yang melakukannya, menyuapi mereka dengan mesra. Kenapa yeoja ini bukan aku? Yun menarik tanganku meminta bermain diair karena Syoung menolak. Aku akhirnya mengiyakan dan mengikuti permainan yun berlari kesana-kemari. Sesekali aku melirik Syoung dan Hyo yang terkesan menutupi kemesraan mereka. Mereka seperti teman bukan kekasih.

_________________0

Sepertinya Hyo masih marah dan takut karena kelakuanku tadi malam. Aku terkekeh melihat wajahnya yang cemberut saat aku menanyakan apakah ia baik-baik saja.

“udara sangat panas, kenapa kau masih memakai syal?”, tanyaku menggoda. Ia melirik tajam dan membuka syalnya, menampakkan bercak merah keunguan disekitar lehernya. Aku membuka 3kancing kemejaku dan memperlihatkan bercak merah disekitar dadaku karena perbuatannya. Nampak wajahnya memerah karena malu. Rambut blondenya nampak pas diwarna kulit putihnya.

“kenapa kau bisa semakin cantik?”, pujiku sambil bertopang dagu. Pipinya semakin merah. Aku menarik lengannya dan mengajaknya berkeliling. Awalnya ia mengeluh karena ia masih “sakit”. Aku hampir mati tertawa saat ia mengatakannya dengan nada polos yang ia punya. Aku menggenggam tangannya dan berjalan berlainan arah dari Yun dan Jessica. Aku ingin menghabiskan banyak waktu dengan yeojaku. Kami telah berjalan cukup jauh dan diujung pantai yang lain.

“mau bermain air?”, ajakku. Ia menggeleng kasar dan menghempaskan tanganku kesal. Aku menariknya agar duduk diatas pasir sepertiku. Kurebahkan kepalaku dipahanya dan menutup mata perlahan. Aku sedikit lelah karena kegiatan menyetir panjang tadi. Ia melepas kacamata yang kupakai dan menggerai rambut panjangku da membelainya lembut.

“apakah kau mencintaiku?”, tanyaku. Ia memandangku yang berbaring, senyuman sangat tulus dan lembut dari yeoja yang selalu menemani hari-hariku belakangan ini.

“apakah aku harus menjawabnya?”, tanyanya balik. Aku mengangguk mengisayaratkan ia menjawab pertanyaanku.

“aku sangat mencintaimu… nan jeongmal saranghae”, ucapnya tegas. Tak ada kata kebohongan dan keraguan yang terucap dari bibirnya.

“gomawo Hyonnie”, ujarku tulus. Ia mengangguk dan mengusap pipiku. Ia menunduk dan menyelipkan rambut panjangnya disela telinganya, aku menarik tengkuknya menerima kecupan manisnya. Ia nampak menahan tawa karena wajah kecewaku.

“wae… kau mau lebih?”, godanya. Aku mempoutkan bibirku kesal dan beringsut menjauh dari tubuhnya.

“Ya Choi SooYoung~!”, teriaknya dan mengejarku. Wajahnya nampak menahan perih. Ahhh, kenapa aku selalu kalah? Ku berhentikan langkahku dan menyusulnya dengan mundur beberapa langkah. Ia tersenyum dengan wajah memelas. aku menunggunya dengan berkacak pinggang karena jalannya menjadi lelet. Ia berdiri dihadapanku dan mencengkram lenganku mencari pegangan, nafasnya sedikit tersengal. Ia menatapku dengan garang.

“puas kau menyiksaku eoh?”, bentaknya kesal. Aku mengangkat bahuku tanda tak tahu menahu. Ia mendecak kesal dan berjinjit dengan memegang bahuku erat.

“jangan pernah memasang wajah masammu didepanku”, pintanya dengan wajah yang mendadak sedih. Aku tertegun, ia selalu memintaku tersenyum. Ia akan merasakan apa yang kurasa.

“akan kuturutu semua permintaanmu, tapi jangan pernah kau marah kepadaku”, pintanya lagi. Ia memeluk tengkukku dan mengecup bibirku.

“Hyo…”, panggilku. Ia tak mengindahkan panggilanku dan melumat kecil bibirku. Aku sedikit membungkuk mengetahui ia kesusahan menjijit diatas pasir. Kupeluk pinggangnya yang terlampau mungil utk yeoja dengan perawakannya. ia menyudahi ciuman kami dengan mengecup daguku. Aku tersenyum dan terkikik geli, yeoja ini mudah ditebak.

“a, apa yang lucu?”, ujarnya dengan wajah gugup. Aku menunjuk wajahnya sambil menahan tawa. Ia menghentakkan kakinya kesal dan berjalan menjauh. Kini aku yang mengejar dan menangkap tubuhnya. Menggendongnya ala bridal style ketempat kami piknik. Kulihat wajah lelah Yun yang berbaring dipangkuan Jessica. Hyo memeluk leherku, ia juga tertidur dengan nyaman. Nampak beberapa orang menatapku heran. Seorang yeoja menggendong yeoja. Seharusnya namja bukan? Aku membaringkan HyohYeon da mencoba membangunkannya dengan menepuk pipinya lembut. Ia mengerjap malas dan duduk sambil bersandar dibahuku.

“Nuna sangat kuat”, puji Yun. Aku terkekeh mendengarnya. Benarkah? “apakah eomma-ku bisa digendong seperti itu? Ia kan lebih kecil”, sambungnya. Hyo memeluk lenganku tiba-tiba. Sepertinya ia cemburu?

“tidak boleh”, jawab Hyo ketus. Jessica tertawa melihat kearah Hyo, membuat yeojaku ini tersenyum lirih.

“Nuna pelit”, ejek Yun karena kesal. Aku mengacak rambutnya gemas. Hyo membuka bekal dan memakan kimbab dengan lahap. Sejak kapan ia jadi shikshin sepertiku? Eumhhhh…. aneh

_______________________0

Malam sudah semakin larut. Kami baru saja mengantarkan Jessica dan Yun pulang. Aku terlampau lelah dan memilih untuk tidur dalam perjalanan pulang. Sooyoung juga tak keberatan dengan kelakuanku. Ringan. Aku merasakan tubuhku ringan melebihi burung. Sepertinya Syoung lagi-lagi menggendongku. Ah biarlah, ia juga tak pernah mengeluh kkkkkkk. Ia menghempaskan tubuhku dengan pelan agar aku tak terbangun. Aku sudah terlampau lelah untuk mebuka mataku.

“jaljayo chagi…”, bisiknya menyingkirkan poniku dan mengecup dahiku pelan. Ia memeluk punggungku lembut dan menyembunyikan kepalanya dicelah leherku.

“Syounnngggg”, ucapku akhirnya karena ia terus saja menggesekkan hidungnya dengan kulit bahuku yang terekspos. Bukannya menjawab ia malah mengecupnya pelan dan beringsut naik keatas tubuhku.

“jebal… aku lelah”, tolakku dan mendorong bahunya pelan. Ia menangkap lenganku dan mendekatkan wajahnya. Mencium bibirku lembut walau ia sedang menahan libidonya. Aku membuka mataku dan menatap wajahnya yang sebenarnya sama lelahnya atau mungkin lebih lelah daripada diriku. Mungkin ini hari terberat karena bertemu dengan mantan yeojanya yang telah mencampakkannya seperti itu. Dengan cekatan ku usap punggungnya dan membuka pengait bra yang menyembunyikan bukit kembarnya yang menggairahkan. Ia menghentikan aksi menciumnya dan menatapku heran. Aku tersenyum dan mengecup bibirnya meminta ia terus memanjakanku dengan ciumannya. Dengan ragu ia kembali menciumku dan mulai menghisap bibirku lembut. Tak ada kesan paksaan, tak ada kesan menuntut. Kubuka kancing kemeja yang ia kenakan dan entah kemana kemeja itu pergi karena aksi lemparanku. Ia menghentikan aksinya dan menutupi tubuhnya dan tubuhku dg selimut tebal karena cuaca n ac yang sangat dingin. Ia tersenyum lirih dan masuk kedalam selimut. Jangan bertanya apa yang ia lakukan didalam sana. Yang jelas… aku mati-matian menahan nafasku yang tersengal dan desahanku.

“Younggggg jeballl ahhhhhhhhhhhhhhhh”, pintaku. Kurasakan sentuhan itu semakin lembut dan memabukkan. Ia selalu mebuatku tersihir dengan sentuhannya. Perasaanku semakin melayang terbang. Kurasakan panas menjalar disekujur tubuhku. Gesekan itu semakin naik dan kini wajahnya kembali ada dihadapanku. Kulihat cairan lekat diujung bibirnya. Sesuatu yang ia suka setelah makanan. Aku mendekatkan wajahku dan menjilatnya sejenak, membersihkan noda diwajah moleknya. Ia menggerakkan bibirnya seakan mengatakan sesuatu.

“mwo?”, tanyaku tak mengerti. Bukannya menjawab ia malah menjulurkan lidahnya dan menjilat keringat dileherku.

“apakah kau tak lelah?”, tolakku halus. Ia menggeleng dan membalikkan posisi kami. Ia membuka kaos yang kukenakan dan tersenyum senang. Ia tidak menyiksaku seperti kemarin malam. Sekarang ia hanya menyentuhku tanpa melakukan permainan inti. Ia menarik pinggangku dan mengecup puncak payudaraku memberi beberapa kissmark disana. Ia tak pernah bermain selembut ini. Apakah otaknya diperjalanan telah terbentur?

“aku telah menemukan cintaku. Orang yang akan mengisi semua hari-hariku. Yeoja yang selalu berada disisiku dikala senang maupun sedih. Yeoja yang membangkitkanku dari alamku. Yeoja yang memperingatkanku akan sesuatu yang tak boleh dilakukan olehku. Yeoja yang mencintaiku apa adanya. Nan jeongmal saranghae Kim HyohYeon. Jebal jangan pernah meninggalkanku…”, pintanya lirih sambil mengalungkan kalung liontin bintang. Tubuh kamu yang sama-sama naked, peluh yang membasahi kami, keadaan kamar yang seperti kapal pecah membuat benda ini adalah satu-satunya benda berkilau ditempat ini. Aku juga tak menyadari sejak kapan ia menyiapkan hadiah kecil ini.

“aku mencintaimu bukan karena apa yang ada ditubuhmu… aku mencintaimu walaupun kamu tak pernah mencintai dan memilihku”, ujarku tertunduk. Aku tak pernah berharap cintaku terbalas. Aku hanya ingin ia mengerti bahwa ada orang yang mencintainya.

“ssssstttt…… kim HyohYeon. Aku sadar bahwa selama ini aku tak pernah memperhatikanmu. Tapi, aku melakukannya takut terluka karena akan kehilanganmu suatu hri nanti. Dan kini aku tahu… setelah 6tahun kebersamaan kita. Kau tak akan meninggalkanku dan aku telah menemukan bintangku. Bintang yang mencintaiku dan aku mencintainya. I love you. You love me. We love each other”, ujarnya dengan bola mata beningnya. Ia jujur. Tuhan apakah permintaanku terkabul?

“dan jessica-ssi?”, ujarku dengan ragu. Ia tersenyum. Senyuman yang menyedotku untuk selalu ada disisinya.

“ia masa laluku dan kau adalah masa depanku. Jangn pernah berpikir untuk meninggalkanku atau kau akan mendapat hukuman langit”, bisiknya. Aku tertegun mendengar ancamannya.

“jeongmal saranghae…”, bisik kami bersama.